Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 29 September – 5 Oktober 2024

Gambar
    1 Timotius 6 : 6 – 10 Thema :  Cukup Erkiteken Kai Si Lit 1 Timotius 6:10-16 (KARO)  Sabap merangap nandangi duit e me sumbul kerina kejahaten. Nggo lit piga-piga kalak si merangap nandangi duit lanai tetap i bas kiniteken janah gulut ukurna ibahan erbage-bage kecedan ate. Tapi kam, o suruh-suruhen Dibata, tadingkenlah si enda ndai kerina. Usahakenlah ndalanken si ngena ate Dibata, tutus ersembah man BaNa, tetap ernalem ku Ia, cidahken keleng atendu, megenggeng dingen lemah lembut! Erlumbalah asa gegehndu i bas perlumban kiniteken, guna ndatken kegeluhen si tuhu-tuhu man gunandu. Sabap guna kegeluhen si e me maka ipilih Dibata kam asum iakukenndu kinitekenndu i lebe-lebe nterem saksi. I lebe-lebe Dibata, si mereken kegeluhen man si nasa lit bage pe i lebe-lebe Kristus Jesus, si erbahan pengakun si tuhu-tuhu i lebe-lebe Pontius Pilatus, kukataken man bandu gelah ikutkenlah pedah-pedah e dingen jagalah gelah tetap bersih dingen la ceda, seh ku warina Tuhanta Jesus Kristus

Jangan Coba-Coba Melawan Jokowi, Dia Dibela Kebenaran Lho!

Jangan lawan Jokowi, dia dibela kebenaran. Hal ini bisa dilihat dalam babak akhir perlawanan Lurah Warakas, Mulyadi. Pada awalnya seorah olah Mulyadi begitu perkasa dan berani menentang kebijakan Jokowi dan Ahok untuk melelang jabatan lurah dan camat di DKI untuk mendapatkan lurah dan camat terbaik. Mulyadi menentang kebijakan itu, sampai sampai memakai spanduk segala. Bahkan pernah ada berita seolah olah semua penduduk di kelurahannya kecewa telah memilih Jokowi.


Penentangan Mulyadi disikapi oleh Jokowi dan Ahok dengan dingin bahkan terkesan sangat mengayomi. Sebagaimana dikatakan Jokowi hari ini di Kompas.Com . Menanggapi sikap Mulyadi, Jokowi mengatakan, wajar terjadi penolakan saat ada sistem baru diperkenalkan. ”Sudah biasa jika ada tradisi baru, ada yang terkejut. Namun, kalau uji kompetensi, seleksi, dan promosi terbuka ada yang menentang, menurut saya, mereka itu tidak siap untuk bekerja,” katanya.



Mulyadi sendiri sekarang sudah minta maaf atas sikapnya. ”Saya mohon maaf kepada Gubernur. Tidak layak apabila anak melawan Bapak,” ujar Mulyadi


Dengan permohonan maaf ini saya melihat masalah ini sudah selesai. Banyak pihak terutama wartawan yang tanpa disuruh mencari dan mengedepankan kebenaran. Mereka menelusuri awal dan motivasi tersembunyi yang ada dibalik penentangan lurah Warakas, sampai ditemukannya fakta mengenal kiprah dan kepemilikanya di Rusun Marunda. Rupanya banyak hal yang bisa dijadikan alasan mengapa jabatan lurah Warakkas tidak ingin diganggu.


Dari situasi awal, perkembangan dan akhir dari kasus ini dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Jokowi dan Ahok bekerja di jalan yang benar. Oleh sebab itu kebenaran itulah yang membela mereka. Orang orang yang berpihak kepada kebenaran tidak rela kalau kebenaran yang dilakukan oleh Jokowi dan Ahok diganggu oleh ketidak benaran, apalagi dibaliknya ada motif motif pribadi. Jika wartawan, media/ jaringan sosial, rakyat dan siapa saja pun tanpa diminta seolah oleh ikut membela Jokowi dan Ahok, maka hal itu tidak lain karena pasangan gubernur dan wakil gubernur ini dinilai bekerja tulus dan mengutamakan kebenaran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024

Catatan Tambahan PJJ 18 - 24 Februari 2024