Bertambah lagi hasil
survey yang menegaskan citra positif PDIP.
Lembaga
Survey Nasional mempublikasikan hasil temuannya, bahwa PDIP adalah
partai yang paling populer untuk kaum muda khususnya bagi
pemilih pemula.
Golkar mengikuti pada posisi kedua.
Hasil lengkap survey LSN tersebut juga menunjukkan bahwa PDIP saat ini lebih populer dibanding dengan Megawati. Bahkan Jokowi lah yang dianggap membentuk citra PDIP semakin baik. Sejalan
dengan hasil analisa LSN yang dipaparkan oleh direkturnya Umar S Bakry,
pada hari minggu kemarin bahwa Jokowi lah yang lebih mengangkat
dibanding dengan Megawati.
Kecil hatikah Megawati atas hasil survey ini? Kecewa
kah Megawati Soekarnoputri bahwa Jokowi sang anak didiknya dan kader
terbaiknya sekarang lebih populer dibanding dengan dirinya sendiri? Saya yakin sama sekali tidak. Megawati tidak kecewa jika hasil survey mengatakan bahwa popularitasnya menurun, sedangkan populeritas Jokowi sang kadernya semakin meningkat.
Saya mempunyai dua alasan mengapa Megawati tidak kecewa. Pertama adalah sifat kenegarawanan Megawati sendiri. Megawati
adalah satu dari segelintir manusia yang masih konsisten membela cita
cita NKRI dan berpihak secara konsisten kepada rakyat. Oleh karena itu demi
rakyat Indonesia, maka Megawati akan tenang tenang saja jika kadernya
atau orang lain yang lebih membuat Citra PDIP semakin menguat.
Alasan kedua, adalah karena meningkatnya
popularitas Jokowi adalah atas sepengetahuan bahkan bagian dari program
Megawati sendiri. Jika Jokowi semakin populer, dan menjadi calon paling kuat untuk menjadi Presiden pada tahun 2014 nanti itu tidak bisa dilepaskan dari dua program atau strategi Megawati sendiri.
Menurut pandangan saya saat ini ada dua strategi
yang diterapkan Megawati untuk mengentaskan Jokowi menjadi calon
terbaik Presiden RI pada tahun 2014 nanti.
Strageti yang pertama adalah dengan tidak mau
berbicara apakah dirinya tetap mau menjadi calon Presiden atau
mempersilahkan Jokowi. Megawati tidak akan berkata terus terang apakah akan maju atau tidak menjadi Calon Presiden atau mencalonkan atau tidak Jokowi. Megawati secara sengaja mengambangkan hal ini tentu dengan pertimbangan yang sangat matang dan strategis. Sebab jika sekarang dia mengatakan salah satu, maka lawan lawan politiknya akan segera mengatur serangan. Dirinya akan dikritik habis habisan, dan semua kelemahan serta kekurangannya akan dipublikasikan untuk melemahkan citranya. Oleh
sebab itu meskipun partai PDIP sudah menentukan suaranya untuk tetap
mencalon dirinya, belum akan dia respon dengan hitam putih.
Sama halnya dengan Jokowi. Menurut Megawati jika dari sekarang dia
sudah menunjukkan sinyal sinyal pasti untuk mencalonkan Jokowi, maka
Jokowi pun akan diserang habis habisan yang membuat konsentrasinya
memimpin Jakarta bisa menjadi buyar dan tidak fokus. Oleh
sebab itu hanya kerugian yang akan diterima jika dari sekarang
menetapkan apakah Megawati maju atau tidak, dan Jokowi dimajukan atau
tidak menjadi calon presiden. Inilah strategi pertama Megawati. Mantap, sederhana, hati hati namun dampaknya akan sangat jitu sekali.
Strategi kedua adalah memperkenalkan Jokowi ke seluruh pelosok. Jokowi
tidak pernah dan tidak akan pernah absen untuk mengunjungi seluruh
propinsi dalam mendukung calon PDIP dalam pilkada di daerah. Syukur syukur jika calon PDIP bisa memenangkan pemilihan. Namun
jikalau tidak pun menang, penduduk di propinsi tersebut sudah pernah
melihat Jokowi sehingga popularitas Jokowi semakin meningkat. Kepergian Jokowi ke daerah daerah yang menyelenggarakan pilkada tentu saja atas sepengetahuan dan seijin Megawati. Inilah yang saya sebut sebagai strategi kedua Megawati untuk menaikkan popularitas Jokowi. Dan
Jokowi sendiripun nampaknya tahu benar akan hal ini, sehingga dengan
elegan menolak lamaran Prabowo misalnya dijadikan calon wakil
presidennya.

Memang akan ada pertimbangan Megawati dan juga suaminya Taufik Kiemas untuk memilih dan mendorong calon terbaiknya. Dan selang waktu yang masih tersisa sampai Pemilu Presiden tahun 2014 hal ini akan menjadi pertimbangan utama. Calon
kuat yang lain selain Megawati dan Jokowi tentu saja adalah Puan
Maharani yang idealisme partainya sengaja dibentuk oleh Megawati dengan
cara tidak mengijinkan dirinya menjadi menteri pada saat penyusunan
Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2.
Seperti ramai dibicarakan bahwa Presiden SBY pernah mengutus Hatta Rajasa untuk “meminang” Puan Maharani menjadi menteri. Taufik Kiemas sebagai ayah sudah menyetujui dan merestui jika Puan menjadi menteri. Namun Megawati tidak setuju dan tidak mengijinkannya yang menurut analisa
saya adalah untuk menempa jiwa idealisme dan keberpihakan Puan Maharani
kepada rakyat kecil serta menempatkan PDIP tetap di pihak opposisi . Ketegasan Megawati inilah membentuk citra bahwa PDIP tetap memihak rakyat kecil.
Megawati adalah anak biologis sekaligus anak ideologis dari ayahandanya Ir Soekarno. Jangan jangan Puan Maharani adalah anak biologis Megawati sedangkan Joko Widodo atau Jokowi adalah anak ideologis dari Megawati Soekarnoputri. Seorang negarawan yang konsisten membela kepentingan rakyat kecil.
Komentar