Sepak Bola ternyata tidak hanya sekedar sebuah
pertandingan. Tapi sepak bola juga adalah sebuah pentas kehidupan yang
amat meriah. Sepak bola adalah kehidupan itu sendiri dengan seluruh
panggilannya dalam perwujudan target target suci. Untuk menjadi yang
terhebat dalam peraihan gelar sebagai sang juara memang bagian
terpenting. Namun keikhlasan lawan bertanding untuk mengakui
ternyata adalah penyempurna dari semuanya.
Saya sangat terpesona, sangat kagum sampai meneteskan air mata ketika
menyaksikan pemain Arsenal berbaris rapi, dan bertepuk tangan sebagai
tanda kehormatan kepada para pemain Manchester United (MU) tadi
malam. Saat pemain Arsenal menyambut dan mengakui bahwa MU memang
sudah menjadi juara liga di musim ini.
Pertandingan melawan Arsenal adalah pertandingan pertama bagi MU
setelah resmi menjadi juara karena sudah memastikan poin nilai yang
tidak mungkin terkejar lagi setelah kemenangannya 3-0 melawan Aston
Villa. Tradisi di Liga Inggris adalah pada pertandingan pertama
setelah resmi menjadi juara dilakukan penghormatan
Guard Of Honor oleh lawannya. Arsenal adalah lawan tanding MU setelah pertandingan melawan Aston Villa.
Sumber Foto : bbc.co.uk
Yang membuat saya sampai meneteskan air mata kebahagiaan adalah karena
yang melakukan Guard Of Honor itu adalah Arsenal. Sangat berbeda
nilainya jika yang melakukannya bukan Arsenal. Mengapa? Karena
Arsenal adalah tempat bermain Robin Van Persie (RvP) sebelum dia
bergabung dengan MU. Dan RvP lah yang ikut menghantarkan MU meraih
gelar juara liga musim ini berkat gol gol nya yang sekaligus menempatkan
dirinya sebagai
top score pada musim ini.
Tentu tak dapat dipungkiri, Arsenal khususnya para supporter nya dan
sebagian pemain serta officialnya tetap mempunyai rasa sakit hati atas
kepindahan RvP. Namun sakit hati itu harus diatasi, dan penghormatan
tetap harus diberikan kepada Sang Juara, yaitu Manchester United dan
Robin Van Persie.
Betapa sepakbola adalah sebuah perwujudan dari sifat kesatria dan
nilai nilai kehidupan yang amat tinggi. Sebab dalam sepak bola
memberikan ras hormat lebih tinggi dan lebih penting dari pada perasaan
sakit hati yang setebal apapun.
Dan alasan kedua yang membuat saya meneteskan air mata adalah saat
melihat dan menyadari situasi persepak bolaan di Indonesia, Tanah Airku
sendiri. Jauh dari gelar sang juara, dan lebih jauh lagi dari
kehormatan dan nilai nilai sportivitas.
Dua kejadian terakhir yang sangat memalukan adalah berhentinya
pertandingan Persibo di Hongkong sebelum menit terakhir karena tidak
mampu lagi meneruskan pertandingan setelah gawangnya kebobolan lebih 8
gol. Dan yang paling memalukan dan sulit hati saya berdamai adalah
perbuatan Pieter Rumaropen yang memukul wasit lalu diganjar hukuman
seumur hidup. Sebuah hukuman yang sangat pantas, dan saya pun
mendukung.
Sebab sepakbola adalah salah satu ajang bagi umat manusia modern untuk
mempraktekkan dan mempertahankan nilai nilai kehormatan. Jika ada yang
mengotorinya maka dia tidak pantas menjadi pemain sepakbola. Kita
perlu belajar dari Arsenal dan liga Inggris untuk menjadikan Liga Dalam
negeri kita menjadi tempat suci kita mempertotonkan nilai nilai
kemanusiaan itu.
Komentar