Gereja di Indonesia tetap mendapat tentangan dan pencobaan. Sekelumit contoh adalah GKI Yasmin di Bogor yang sampai saat ini tetap belum dijinkan untuk beribadah di Gereja yang dibangun. Padahal sudah mendapat ijin (IMB) bahkan Mahkamah Agung pun merestuinya. Jemaat Yasmin dua minggu sekali tetap berkebaktian di jalan raya depan Istana Presiden dI Jakarta.
Lalu HKBP Filadelfia Tambun Bekasi dimana kasusnya mirip dengan GKI Yasmin. Dan yang terakhir adalah dirusak dan dirobohkannya gedung Gereja
HKBP Setu juga di Bekasi oleh Pemda Kabupaten Bekasi. Padahal HKBP Setu telah mendapat persetujuan dari 85 warga yang berada di lingkungan gereja, Jalan MT Haryono, Gang Wiryo, RT 05 RW 02, Taman Sari, Bekasi.
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan perusakan HKBP Setu, di kota Tasik Malaya dirusak pula sebuah Gereja Advent oleh orang yang tidak dikenal. Padahal Gereja inipun sudah mengantongi Ijin untuk membangun Gerejanya.
Tentu hati kita pun bertanya tanya, mengapa di Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini tetap marak pengrusakan Gereja dan pencabutan ijin beribadah? Dan kesan bahwa Presiden SBY melakukan pembiaran tidak dapat dihilangkan dari perasaan dan pemikiran pemimpin pemimpin Umat, karena memang Presiden tetap tidak atau belum mampu memberikan sebuah solusi yang benar benar win win solution.
APAKAH KEHADIRAN GEREJA MERUPAKAN ANCAMAN KEPADA UMAT YANG LAIN?
Mungkin itulah salah satu yang ditakutkan oleh pihak yang lain (umat beragam yang lain). Bahwa jika gereja hadir di suatu tempat maka dia akan menebarkan ancaman bagi pemeluk agama lain, karena umat agama lain bisa tertarik dan akhirnya memeluk agama Kristen. Ketakutan ini tidaklah terbukti, dan terasa sangat dibesar besarkan, karena Gereja yang hadir di suatu tempat tidak akan menarik atau membujuk siapapun untuk menjadi pemeluk agama kristen. Terutama gereja yang mayoritas pemeluknya berasal dari suatu suku tertentu seperti HKBP.
Bahasa yag dipakai dalam beribadah pun adalah bahasa daerah, sehingga sulit dimengerti oleh pemeluk yang bukan berasal dari etnis Batak. Lagipula sesuai dengan panggilan dasarnya, gereja dipanggil atau gereja didirikan di suatu tempat diminta atau dituntut untuk menjadi berkat kepada sekelilingnya.
Ada sebuah ayat dalam perjanjian lama (PL) yang tertulis dalam Kejadian 12 : 3 yang berkata bahwa jika Gereja hadir di suatu tempat maka gereja itu akan memberkati lingkungan sekelilingnya :
Kejadian 12 : 3.
Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Dalam ayat yang sangat diyakini oleh pemeluk agama kristen ini dikatakan bahwa Tuhan sendiri lah yang akan memberikan berkatNya kepada orang yang memberkati umatNya (gereja) atau Tuhan sendiri juga yang akan mengutuk orang yang mengutuki umatNya (gereja). Lalu dijelaskan bahwa kehadiran gereja disuatu tempat adalah cara Tuhan untuk memberkati umatNya di tempat tersebut, sekaligus memberikan berkatNya kepada semua pihak yang lain.
Gereja tidak hadir untuk menunjukkan kehebatan dirinya. Namun gereja hadir untuk menyatakan kemuliaan Allah dan sebagai simbol kehadiran Allah kepada seluruh masyarakat. Percaya kepada ayat ini lah yang membuat orang kristen tetap diam, tetap tidak melawan, tetap rendah hati dan memulai lagi dengan apa adanya.
Jadi sekalipun gereja ditutup dan dirobohkan, dan dicabut ijinnya maka umatnya tidak akan pernah melawan, tidak akan menentang, tidak akan unjuk kekuatan. Karena mereka percaya Tuhan yang dalam keyakinan umat Kristen adalah kepala gereja (Yesus Kristus) yang akan melakukan jalan keluar.
Tuhan sendiri lah yang memberkati orang yang memberkati gereja, Tuhan sendirilah yang mengutuki orang yang menggangu gereja.
PENGRUSAKAN GEREJA ADALAH KESEMPATAN EMAS BAGI SELURUH ORANG KRISTEN MERASAKAN PENDERITAAN TUHAN YESUS.
Disisi yang lain pengrusakan gereja adalah suatu kesempatan emas. Kesempatan emas untuk melakukan refleksi serta penyadaran akan makna penderitaan Yesus Kristus. Yesus Kristus sangat menderita ketika Dia hadir di dunia. Terutama pada saat menjelang kematianNYA seluruh penderitaan umat manusia dibebankan kepada Yesus Kristus.
Siapa yang mau mengikut Aku dia harus mau memikul salibnya sendiri, adalah sebuah perkataan Yesus Kristus yang sangat populer. Jadi menjadi pengikut Kristus harus siap untuk menderita dan memikul salibnya sendiri (salib adalah simbol penderitaan dan simbol dari penistaan). Yesus dipermalukan, disiksa dan dibunuh diatas Salib. Dan untuk menjadi pengikutNya maka setiap orang diminta untuk menderita dan menanggung malu seperti yang pernah Dia alami. Penderitaan adalah jalan kepada kesabaran dan akhirnya kedewasaan iman.
Jadi ketika suatu gereja dirusak atau dirobohkan, maka yang menderita bukan hanya jemaat gereja tersebut. Namun pengrusakan gereja itu adalah penderitaan (refleksi) kepada seluruh umat kristen baik yang ada di daerah itu, maupun seluruh umat Kristen di Indonesia, maupun yang ada di dunia. Seluruh umat kristen di dunia akan ikut mendoakan kepada Tuhan melalui anakNya yang tunggal Yesus Kristus jika GKI Yasmin tetap beribadah di trotoar. Seluruh umat kristen di dunia ikut berdoa ketika HKBP Filadelfia, HKBP Setu, Gereja Advent di Tasik Malaya serta gereja gereja lain dimanapun dirusak. Dan seluruh umat Kristen percaya bahwa Tuhan Yesus akan memberi jalan damai solusinya.
Jadi ketika sebuah gereja diganggu bahkan dirusak, yang rusak hanya gedung atau bangunan gerejanya, namun keimanan umatnya tidak pernah terganggu bahkan semakin kuat. Karena pengrusakan gereja hanya dianggap sebuah gangguan terhadap bangunan fisik, tapi bukan gangguan terhadap gereja yang sebenarnya (Iman dan kesatuan jemaatnya) .
Oleh sebab itu Gereja yang dibangun oleh Tuhan Yesus tidak akan pernah dapat dirusak oleh kekuatan apapun. Sebab ide untuk mendirikan gereja datang dari Yesus Kristus sendiri. Jadi bagi siapapun yang ingin merusak gereja barangkali perlu dipikir ulang, apakah Anda ingin menerima berkat atau ingin menerima kutuk dari Tuhan sendiri. Kalau kami sarankan, marilah kita lebih memberkati gereja Tuhan supaya hidup Anda pun semakin diberkati Tuhan.
Komentar