Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 28 April – 4 Mei 2024

Gambar
  Thema :  Ersada Ukur Ras Ersada Sura Sura 1 Korinti 1 : 10 – 17   Bahasa Karo  O senina-senina, kupindo man bandu i bas gelar Tuhanta Jesus Kristus: ersadalah katandu kerina, gelah ula sempat jadi perpecahen i tengah-tengahndu. Ersadalah ukurndu janah ersadalah sura-surandu. Maksudku eme: maka sekalak-sekalak kam nggo erpihak-pihak. Lit si ngatakenca, "Aku arah Paulus, " lit ka si ngatakenca, "Aku arah Apolos, " deba nina, "Aku arah Petrus, " janah lit pe si ngatakenca, "Aku arah Kristus." Sabap piga-piga kalak i bas jabu Klue nari ngatakenca man bangku maka i tengah-tengahndu lit turah perjengilen. Ibagi-bagiken kin Kristus man bandu? Paulus kin si mate i kayu persilang man gunandu? I bas gelar Paulus kin kam iperidiken? Kukataken bujur man Dibata sabap sekalak pe kam la aku mperidikenca, seakatan Krispus ras Gayus. Dage sekalak pe kam la banci ngatakenca maka kam nai iperidiken gelah jadi ajar-ajarku. Lupa aku! Istepanus ras isi jabuna pe nai

"Yesus Kristus" Yang Takut Mati

Apa jadinya bagi kekristenan kalau “ Yesus” takut mati dan akhirnya tidak jadi mati? Kisah “Yesus” takut mati ini kami dengar dari Pendeta Paul Lipinski yang melayani di Rumah Sakit di Lubbecke Jerman.

Ada seorang pasien laki laki yang mengklaim dirinya adalah “Yesus Kristus”. Dan dia takut mati, sehingga stress dan depresi. Pendeta Paul harus menjelaskan kepada si pasien bahwa dia bukan Yesus Kristus, sehingga dia tidak perlu takut.

Cukup sulit untuk menjelaskannya, butuh waktu berbulan bulan untuk menyatakan dan meyakinkan diri si pasien bahwa dirinya bukan Yesus. Namun akhirnya Pendeta Paul bisa meyakinkan sehingga si pasien bisa disembuhkan dari perasaan stress dan depresinya.
Banyak Kisah mengenai orang orang yang mempunyai penyakit secara mental atau pikiran. Sehingga Rumah Sakit di Lubbecke membangun dua bagian utama rumah sakit. Satu bagian untuk penyakit Somatis (organis) dan satu bagian yang lain untuk penyakit mental atau psikis.




Dari sisi bisnis justru bagian penyakit psikis (mental) ini lebih menguntungkan. Sebab disini pasien tinggal lebih lama. Minimal 5 Minggu, sedangkan di bagian penyakit somatis hanya sekitar 1 minggu atau paling lama 3 minggu. Tentu semakin lama seorang pasien tinggal di Rumah Sakit, semakin banyaklah pendapatan Rumah Sakit dari si pasien tersebut. Sehingga akhirnya penanganan pasien mental (psikis) memberikan pendapatan (keuntungan) yang lebih tinggi kepada Rumah Sakit.

Rumah Sakit di Lubbecke ini adalah satu satunya di kota ini. Cukup besar, mempunyai tenaga Medis lengkap dan dikelola secara Modern. Berlokasi di tempat yang agak tinggi dikaki bukit, dan dihadapannya terpampang kota Lubbecke dan pertanian yang luas dan merata. Ini adalah rumah sakit pemerintah, namun Pendeta Paul Lipinski bekerja dirumah sakit ini atas inisiatif dan pembiayaan dari Gereja.

Meskipun pelayanan Pendeta Paul cukup berat dengan waktu kerja yang sangat ketat, namun gajinya diberikan atas sponsor gereja Lubbecke. Apa yang dikerjakan oleh Pendeta Paul, adalah menjenguk semua pasien yang ada dibagian Psikis Rumah Sakit ini. Dia mendatangi dan mengajak berbicara, lalu mengadakan kebaktian tanpa memaksa satu orang pun untuk datang kepada kebaktian di ruangan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit kepadanya. Rungan yang lain yang dberikan adalah Kantor yang lengkap dengan kursi tamu dan perpustakaan.

Bagaimana jika tidak ada yang datang ke kebaktian? Sering terjadi kata Pendeta Paul. Lalu dia meminta kepada pihak rumah sakit untuk memasang monitor televisi di sisi tempat tidur di kamar kamar pasien. Lalu diruangan kebaktian disediakan camera yang dapat menyiarkan langsung, sehingga kebaktian yang diadakan dapat dilihat melalui monitor televisi. Target utama Pendeta Paul adalah si pasien mau berbicara dengannnya. Dan untuk itu Pendeta Paul akan menjaga rahasianya secara sangat rapat dan ketat.




Ketika saya tanya apa penyebab utama penyakit mental atau pikiran ini? Pendeta Paul mengatakan sangat beragam. Namun salah satu yang terbanyak adalah berkaitan dengan Sex, atau pengalama Sex yang buruk. Terutama masalah yang berkaitan dengan Sex, maka Pendeta Paul harus menjaga benar benar rahasia. Tidak akan mengatakannya kepada siapapun termasuk kepada keluarga terdekat dari sipasien itu sendiri.

Pernah ada seorang Gadis yang menjadi pasien mempunyai rasa dendam yang sangat tinggi kepada ayahnya. Masalahnya ayahnya sudah meninggal. Hal ini sangat sulit diatasi. Karena rasa sakit hati kepada seseorang hanya bisa diobati jika siorang tersebut meminta maaf. Jika orang yang dibenci sudah meninggal maka akan sulit mengobatinya.

Diceritakan oleh si Gadis bahwa dia pernah diperkosa oleh ayah kandungnya yang sudah meninggal. Dia dendam, sakit hati, trauma dan depresi. Lalu dengan penuh rahasia Pendeta Paul mengajak si gadis pasien ke kuburan ayahnya. Benar, di atas kuburan ayahnya melampiaskan semua dendamnya. Dinjak injak, dirusak, dilempar dan sebagainya sehingga hatinya terpuaskan. Setelah itu berangsur angsur kesehatan (psikis) si gadis menjadi sembuh.

Namun di Jerman orang sangat sadar secara hukum. Apa yang terjadi jika ibu sigadis berjiarah ke kuburan dan melihat kuburan suaminya dirusak dan diinjak injak orang l. Dia bisa melapor ke polisi dan polisi akan mencari sampai dapat siapa pelaku perusakan ini. Rahasia si gadis akan terbongkar. Dan ibunya yang tidak pernah tahu akan rahasia ini pasti akan terkejut dan bisa mendapat penyakit yang lebih besar lagi. Untuk mengatasi semua kemungkinan buruk ini Pendeta Paul mengantisipasi dengan terlebih dahulu berbicara dengan ibu sigadis, jika dia kekuburan suaminya dan menemukan kuburan rusak, tolong jangan dilaporkan kepada polisi.

Cukup berat dan sangat menantang pekerjaan dan pelayanan yang diberikan oleh pendeta Paul kepada Rumah Sakit. Namun semua itu dikerjakannya dengan penuh kesabaran dan kelembutan dan menjaga semua rahasia dengan sangat profesional. Banyak kisah yang sulit diterima secara logika, namun semua itu dialami oleh Pendeta Paul. Kisah kisah yang muncul sejalan dengan berkembangnya jaman dan peradaban manusia. Kisah kisah baru yang lebih mengerikan bahkan menakutkan, namun semuanya muncul seiring dengan eksistensi manusia modern itu sendiri.

Sudah sering kita dengar bahkan penyakit fisik atau organis pun sangat erat hubungannya dengan pemikiran atau menatalitas si pasien. Mungkin juga panyakit masyarakat kita pun semakin meningkat seiring dengan sulitnya kehidupan. Buruknya pelayanan, maraknya korupsi, munafiknya para politikus dan pemegang kekuasaan, yang semuanya bisa membuat masyarakat kita semaki n sakit hati dan menyimpan dendam. Kedudukannya yang lemah hanya membuat dia menyimpan rasa sakit hati, dan akhirnya cepat tersulut kemarahannya jika ada situasi yang mendorong untuk itu.




Sebelum berpisah dengan Pendeta Paul Lipinski saya bertanya sekali lagi, ada kisah lain yang seru dan menyeramkan? Lalu Pendeta Paul bertutur, ada seroang pasien yang sudah mulai sembuh dan sebentar lagi akan keluar dari rumah sakit. Namun sebelum keluar dari meminta restu kepada pendeta agar dia didoakan dan diberkati untuk melakukan suatu tugas “mulia”. Dia mengatakan bahwa dirinya mendapat suara untuk membunuh anaknya sesampainya dia di rumah. Tentu saja pendeta menjadi harus bekerja keras untuk mengatasi permasalahan ini.

Disatu sisi pihak rumah sakit akan mengeluarkan dia dari rumah sakit karena dianggap sudah sembuh. Disatu sisi sipasien akan membunuh anaknya kalau dikeluarkan dari rumah sakit. Sedangkan pendeta paul harus merahasiakan situasi sipasien kepada pihak rumah sakit. Dua hal harus diyakinkan secara bersamaan, pihak rumah sakit untuk tidak segera mengeluarkan sipasien, dan sipasien sendiri agar tidak jadi membunuh anaknya.

Butuh waktu lebih kurang 3 minggu untuk mengatasi semua ini. Dan Pendeta Paul akhirnya sukses mengatasi keduanya. Saya mengambil kesimpulan untuk diri saya pribadi bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Pendeta Paul Lipinski sangat penting, dan signifikan. Dan hanya Pendeta atau rohaniawan yang mempunyai integritas dan profesioanlisme kerja yang sanggup melakukannya. Bukan dokter bahkan mungkin bukan psikater atau psikolog. Hanya pendeta atau rohaniawan yang mempunyai panggilan dan komitmen kerja yang sangat tinggi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023