Pilih Kemenangan Untung Untungan Atau Pembinaan Jangka Panjang?
Semua pencinta sepak bola Tanah Air pasti sangat mendambakan sebuah gelar Juara bagi Tim Nasional Sepak Bola, PSSI. Sebab sudah sekian tahun lamanya PSSI paceklik gelar. Beberapa kali nyaris menang dan juara, namun akhirnya gagal juga. Terakhir adalah gagalnya Tim kita di Final Piala Sultan Bolkiah dari kesebelasan tuan rumah Brunei yang akhirnya menjadi juara. Melengkapi kegagalan demi kegagalan sebelumnya , seperti misalnya saat kalah di Final piala AFC tahun 2010 lawan Malaysia.
Saat ini posisi Indonesia sangat terpuruk, hanya menduduki posisi 151 peringkat FIFA masih dibawah Vietnam dan Philiphina. Lalu apa yang bisa diharapkan dari PSSI dengan prestasi yang demikian jelek. Meskipun penggemar sepak bola tanah air tetap menginginkan kemenangan, namun pilihan terbaik bukanlah itu. Kita tidak ingin kemengangan kalau hal itu hanya didapat dalam turnamen secara untung untungan. Yang lebih kita harapkan adalah adanya kehidupan sepakbola yang lebih baik di Indonesia.
Lupakan dulu gelar juara 3 atau 4 tahun kedepan ini, saatnya sekarang membenahi sepakbola Indonesia secara sangat mendasar. Kekalahan Jerman di Piala Eropah tahun 2012 serta kemenangan Spanyol menjuarai Piala Eropa dan Piala Dunia sekaligus bukan kekalahan untung untungan atau kemenangan untung untungan. Tetapi lebih kepada kuatnya iklim kompetisi sepakbola serta berlanjutnya pembinaan dengan sistem yang berjenjang di Negeri Matador tersebut.
Pembinaan sepakbola Indonesia menurut saya akan berhasil kalau setidaknya pengurus PSSI memfokuskan kepada 4 hal.
1. Menghasilkan wasit sepak bola yang cerdas, berani dan bertindak tegas. Peranan wasit sangat sentral dan significant dalam setiap pertandingan sepakbola. Oleh sebab itu saya melihat sepakbola tanah air akan semakin baik jika wasit wasit sepakbola adalah orang yang ditakuti dan disegani oleh semua pemain sepakbola. Saat ini wibawa wasit sangat rendah, sama sekali tidak ditakuti pemain. Bahkan ada pemain yang berani melemparkan kartu yang diberikan wasit kepadanya. Bagaimana sistem kompetisi bisa baik kalau wasit tidak dipatuhi oleh pemain sepakbola? Baiknya kompetisi di Eropah besar sekali pengaruhnya karena mereka mempunyai wasit wasit yang sangat baik.
Berikan pembinaan yang maksimal kepada wasit. Dan jika ada wasit yang tidak mampu menjalankan peranannya dengan baik, langsung diskors dengan tidak memberikan job. Bagi wasit yang baik diberikan renumerasi yang setimpal. Menurut saya menjadi wasit adalah sebuah hobby bahkan panggilan. Tidak heran kalau di Eropah seorang CEO perusahaan pun masih bersedia menjadi wasit dalam Liga Utama.
2. Pemain yang Profesional
Berikan sanksi yang maksimal kepada semua pemain yang terlihat melawan wasit. Kalau wasitnya baik, maka jarang ada pemain yang berani menentang. Jika ada yang masih menentang, apalagi sampai memukul wasit maka sang pemain tersebut harus diskors. Jika dia terbukti memukul atau melempar kartu yang diberikan kepadanya lebih baik sang pemain dipecat saja menjadi pemain sepakbola. Jangan kompromi terhadap pemain yang tidak berdisplin. Kalau tetap kompromi berarti kita mengorbankan sepakbola Indonesia.
Pemain asing yang dikontrak dan bermain di Indonesia haruslah pemain yang lebih patuh supaya dapat memberi contoh keteladanan bagi pemain lokal. Saat ini pemain asing pun ikut ikutan memperparah kebobrokan pemain Indonesia dengan berani melawan wasit. Bahkan pemain PSMS yang saya lihat di TV melemparkan kartu ke tanah adalah pemain dari salah satu negara eropah. Menurut saya lebih baik dipulangkan saja pemain tersebut. Ke negaranya. Sangat memalukan.
Lihatlah dalam beberapa kali pertandingan internasional pemain nasional kita terlibat pelanggaran dan mendapat kartu. Karena kebiasaan mereka bermain dalam kompetisi dalam negeri , dimana meskipun mereka melakukan pelanggaran tidak mendapat kartu atau peringatan dalam wasit. Sehingga mereka merasa bahwa pelanggran yang sedemikian adalah wajar. Wah malu kita kalau pemain Indonesia banyak mendapat peringatan atau kartu karena pelanggarannya. Menang tidak, kartu banyak. Malunya itu, kata orang Medan.
3. Kompetisi yang baik dan berjenjang
Strategi yang ketiga adalah dengan membuat kompetisi berjenjang yang memungkinkan pemain muda usia pun ikut bermain dalam level kompetisi yang ketat. Saya baru pulang dari Jerman, dan mendengar dari salah seorang pelatih lokal disana bahwa ada 11 Level kompetisi saat ini. Level tertinggi yaitu Bundes Liga yang tahun 2012 ini juaranya adalah Borossia Dormount.
Indonesia juga bisa mempunyai 6 atau 7 level liga karena minat yang sangat besar bagi sepakbola. Jika dilakukan dengan baik, maka Liga Indonesia dapat menjadi salah satu liga yang terbaik di ASIA atau di Dunia.
4. Kepengurusan yang benar benar punya idealisme.Pada akhirnya kemajuan atau kemunduran sepakbola Indonesia sangat ditentukan oleh pengurusnya. Hendaknya semua pengurus PSSI adalah orang orang yang mencintai sepakbola dan mempunyai Passion untuk memajukan sepakbola Indonesia. Selama sepakbola masih dipimpin oleh orang orang partai atau dipolitisir, maka sepak bola Indonesia tetap akan terpuruk.
Kita lupakan dulu kemengangan yang datang karena untung untungan, sebab basic kompetisi Indonesia saat ini masih sangat bobrok. Jika PSSI saat ini mengikuti turnamen turnamen International maka kemenangan yang diperoleh bukanlah kemenangan yang fundamental, masih untung untungan. Kekalahan Jerman dari Italia di Semifinal piala Eropah bukanlah kekalahan karena nasib jelek, tetapi karena ada sistem pembinaan dan pembentukan tim nasional mereka yang belum sempurna. Mereka bisa menerima kekalahan itu dan tidak marah kepada pemain dan pelatihya. Buktinya Joachim Loew tetap dipertahankan sampai tahun 2014.
Jerman saja masih bisa kalah, meskipun kompetisinya sangat baik. Apalagi tim nasional kita. Jadi dapat disimpulkan semua kekalahan kita termasuk dari Brunei bukan kekalahan karena untung untungan atau nasib lagi jelek, tapi kekalahan yang sangat mendasar karena sistem pembinaan sepakbola kita masih amburadul. Jangan mencari kambing hitam lah, kita tahu semuanya.
Komentar