Kita semua
dituntut memilih secara cerdas, agar
calon yang kita pilih benar benar sesuai harapan kita bisa membuat
perubahan dan membawa rayat kepada kebaikan dalam Pilkada tahun ini. Memilih dengan cerdas pada pratekknya adalah
memilih calon yang mempunyai karakter dan kompetesi khusus sebagai pemimpin
apakah jadi gubernur, walikota atau bupati.
Syaratnya disini kita harus benar benar mengenal calon yang kita pilih
dan mengolahnya dengan analisa pengambilan
keputusan.
Ada beberapa
langkah yang perlu dilakukan agar pilihan yang kita buat benar benar objektif
dan sesuai dengan karakter, kepribadian dan kompetensi calon yang kita pilih . Langkah pertama dalam hal ini kita (pemilih)
harus mengenal calon calon yang ada dengan
cara mengumpulkan segala informasi.
Ketiga Pasang Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatra Utara 2018
Dalam
Pilkada Gubernur Sumatra Utara 2018, ada dua pasang yang sudah resmi diputuskan
KPUD Sumatra Utara dan satu calon lagi sedikit terhambat karena masalah
administrasi. Keenam calon atau tiga pasang calon itu adalah, Edy Rahmayadi
dengan Moesa Rajekh (ijeck), Djarot Syaful Hidayat dan Sihar Sitorus, serta
Jopinus Ramli Saragih dengan Ance Selian.
Edy
Rahmayadi adalah mantang Pangkostrad yang beberapa kali diangkat menjadi
komandan upacara hari ulang tahun TNI.
Sebelum Pangkostrad dia pernah juga menjadi Panglima Kodam I Bukit
Barisan di Medan. Orangnya berani dan tegas seperti biasanya seorang militer. Terakhir terpilih menjadi
Ketua Umum PSSI, meskipun saat ini PSSI belum menunjukkan prestasi yang
lumayan.
Wakil Edy
sebagai calon wakil Gubernur Sumatra adalah Moesa Rajeck Shah (Ijeck). Dia
adalah putra dari keluarga besar Shah yang sangat terkenal di Sumatra
Utara. Keturunan Afghanistan yang sudah
sekian lama tinggal di Medan, dan menjadi keluarga yang sungguh terpandang.
Terkenal sebagai keluarga yang turun temurun ketua Ormas Pemuda Pancasila di Sumut. Menguasai banyak property di Sumatra Utara,
langganan anggita DPRD Tingkat 1 Sumatra Utara. Saat ini salah seorang putri
keluarga besar ini menjadi bintang film dan model iklan yang terkenal dengan
kecantikannya, Raline Shah.
Calon
Gubernur Nomor 2 adalah Djarot Syaiful Hidayat.
Terkenal dengan penampilan yang sangat kebapakan dan low profile, pernah
menjabat dua kali sebagai Bupati Blitar, menjadi Wakil Gubernur saat Ahok
menjabat Gubernur DKI. Terakhir ketika Gubernur Ahok terpenjara, dan posisi
Gubernur DKI ditinggal maka otomatis Djarot Syaiful Hidayat diangkat menjadi
Gubernur DKI Jakarta, yang dia emban selama 4 bulansampai bulan Oktober
2017. Djarot adalah Kader PDIP yang saat
ini menjabat ketua DPP dan pernah menjadi anggota DPR RI.
Calon Wakil
Gubernur yang mendampingi Djarot adalah Sihar Sitorus. Sihar adalah Putra
Pengusaha Besar Sumatra Utara alm DL Sitorus. Tentu dia sangat kaya ya. Terbukti dia adalah calon gubernur dan wakli
gubernur dengan jumlah kekayaan paling besar untuk Pilkada tahun 2018 ini
seluruh Indonesia. Mengenyam pendidikan
Bisnis sampai meraih gelar tertinggi Philosophy Of Doctor dari Universtas di
Manchester Inggris. Pernah bekerja di PT
Frefport dan Bursa Efek Jakarta, serta mencintai sepak bola.
Calon yang
masih menunggu keputusan KPU sebagai calon nomor tiga adalah Jonpinus Ramli
Saragih atau lebih popular dengan sebutan JR Saragih. Dia adalah bekas militer
dengan pangkat terakhir sebagai Pamen (Perwira Menengah) yang akhirnya menjadi
Bupati Kabupaten Simalungun. Saat ini
dia menjabat untuk periode yang kedua.
Selain jadi Bupati JR Saragih juga mempuyai usaha Rumah Sakit. Nama Rumah Sakit JR adalah RS Efarina
(diambil dari nama putri semata wayangnya.
Terkenal dengan prilaku rajin memberi sumbangan.
Wakil JR
Saragih adalah Ance Selian. Dia adalah
politikus yang dibesarkan di Pesantren. Merupakan ketua DPW PKB Sumatra Utara
dan pernah menjabat sebagai anggota DPRD Sumatra periode 2009 sd 2014. Ance
adalah anak kelima dari tujuh bersaudara dari ayah bermarga Siregar dan ibu br
Harahap. Jadi Ance meskipun pakai
Selian, tapi asli orang batak.
Langkah kedua untuk menganalisa adalah dengan
menetapkan kriteria sebagai alat untuk
menilai kesiapan calon sebagai Gubernur dan wakil gubernur. Kriteria ditetapkan setelah kita menentukan
tujuan melakukan analisa. Dalam hal ini
kami usulkan tujuan adalah Untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur yang dapat
memimpin Sumatra Utara penuh selama lima tahun, dan setiap mampu melakukan
terobosan terobosan perubahan yang berdampak positif.
Karena yang
dipilih adalah seorang Gubernur dan wakilnya, dan jabatan ini cukup tinggi kedudukannya (bahkan menteri pun ada yang mundur supaya bisa menjadi calon
gubernur) maka kriteria yang kami tetapkan ada sebanyak 25 kriteria (lihat table). Sebab semakin banyak kriteria, maka pilihan
akan semakin objektif.
Langkah ketiga adalah memberikan bobot kepada
setiap kriteria yang menggambarkan seberapa penting dan seberapa vital kriteria
itu sebagai sesuatu yang dimiliki si calon.
Bobot ini diberikan dari angka satu sampai lima, dimana lima
menggambarkan angka paling tinggi yang artinya kriteria itu adalah penting dan
vital.
Kami ambil dua
contoh (1) Punya Jiwa Kepemimpinan dan contoh yang (2) Komitmen dalam memajukan
bidang kesenian dan budaya Sumatra Utara.
Bobot untu jiwa kepemimpinan adalah 5 sedangkan bobot untuk komitmen
dalam memajukan bidang kesenian dan budaya Sumatra Utara kami beri bobot
2. Artinya tuntutan terhadap Calon mempunyai jiwa
kepemimpinan lebih penting dari pada
komimtmennya memajukan seni dan budaya Sumatra Utara.
Langah keempat adalah memberikan nilai
kriteria tadi kepada semua calon (tiga
pasang). Nilainya tentu saja berdasarkan
seluruh track record dari ketiga pasang calon dan informasi informasi yang lain
selama ini. Dalam hal ini nilai
diberikan dari 1 sd 10, dimana 10 adalah yang terbaik. BIsa saja ketiga calon nilainya sama. Atau ada yang benar benar menonjol pada kriteria tertentu.
Contoh Untuk kritteria mempunyai Jiwa
Kepemimpinan tadi kami melihat Edy dapat nilai 9. Djarot juga 9 dan JR Saragih
juga 9. Karena sama sama mereka pada
bidangnya masing masing terbukti sudah pernah menjadi pemimpin handal. Sebagao
penyandang Jenderal Bintang 3, tidak
sembarangan untuk memperlehnya. Pernah jadi Bupati dua priode menurut kami juga
sangat hebat lah ini.
Lalu untuk kritertia Komitmen untuk memajukan Kesenian dan
Kebudayaan kami memberikan nilai sebagai berikut Edy dapat nilai 5 (karena menurut kami
militer itu harus tegas dan berwibawa) jadi kaku dalam berkesenian, Djarot
dapat nilai 6 karena Djarot sekali sekali pintar melawak pulak, dan JR Saragih
kamu beri nilai 7. Dalam hal ini JR dan pasangannya lah yang mendapat nilai
paling tinggi, karena dua duanya adlah orang Sumatra Asli yang tentu saja hidup
di dalam budaya asli serta suka dan jago menyanyi. CKR Kawan?
Langkah kelima adalah mengalikan nilai kriteria dengan
bobotnya untuk seluruh kriteria yang jumlahnya 25 tadi. Lalu nilai kali
bobotnya untuk masing masing calon dijumlahkan sehingga diperoleh lah nilai
total. Siapa yang nilainya paling
tinggi, dialah yang tepat untuk dipilih menjadi Gubernur sesuai dengan tujuan
yang diinginkan.
Bagaimana hasilnya? Hasilnya adal di table
dibawah ini.
Berdasarkan
analisa dengan 25 kriteria, Djarot Sihar lah yang mendapat jumlah nilai paling
tinggi yaitu 805, disusul oleh Edy dan Ijeck dengan nilai 713 dan yang paling
rendah adalah JR Saragih dan Ance dengan nilai 696.
Apa yang
membuat nilai antara Edy dan Djarot berbeda cukup tajam? Menurut analisa kami
adalah faktor Wakil Gubernurnya. Calon
wakil gubernur Edy yaitu saudara Ijeck ternyata lebih banyak memberikan niali negative
sehingga mengurangi nilai keseluruhan untuk pasangan nomor satu ini. Latar belakang Ijeck sebagai ketua PP dan
dekat dengan kaum preman adalah faktor yang sangat mengurangi terhadap Edy.
Rahmayadi sebagai calon gubernur.
Sedangkan
untuk Djarot dipilihnya Sihar Sitorus sebagai calon Wakil Gubernur sangat
positif. Pendiddikan lanjut yang dimiliki Sihar, sepak terjang nya selama ini
sebagai professional serta prestasinya
pernah memperbaiki prestasi PSMS Medan sangat positif.
Bagaimana
dengan JR. Faktor kekuarangan ada di
dalam diri JR Saragih. Karena kasusnya yang pernah berurusan dengan KPK ini
sangat melemahkan nilai terhadap karakter dan integritas JR. Sedangkan pengaruh pasangannya Calon wakil gubernur,
yaitu Ance Selian sebenarnya positif apalagi sebagai orang yang besar di
Pesantren dan menjadi anggota NU.
Perhatikan
satu satu persatu kriteria itu. Ada
beberapa kriteria dimana Edy yang paling tinggi nilainya misalnya dalam
ketegasan memberikan instruksi, Saya kira pantas Edy dapat nilai 10. Ada beberapa kriteria dimana Djarot mendapat
nilai paling tinggi misalnya Kemampuan
menarik investasi Masuk Sumut dari Seluruh dunia, saya kira pasangan Dajrot dan
Sihar pantas mendapt nilai 9. Ada juga
beberapa kriteria dimana JR lah yang mendapat nilai paling tinggi yatu Komitmen
dalam memajukan bidang kesehatan masyrakat, saya kira pantas lah JR mendapat
nilai yang paling tinggi dengan angka 8.
Jadi metoda analisa yang diterapkan
diatas, adalah metoda yang paling objektif. Tentu saja hasilnya pun
objektif. Jadi untuk Sumatara Utara
dalam Pilkada tahun 2018 ini, Djarot Sihar lah calon yang paling baik dari
ketiga pasang calon. Terima kasih.
Komentar