Media sosial anak anak Sumatra Utara pada satu minggu ini
sangat semarak, sangat bergairah, sangat optimis, dan sangat gegap gempita. Apa dikata penyebabnya? Adalah menyambut
blusukan Djarot Syaiful Hidayat ke Sumatra Utara. Djarot yang bekas kompatriot Ahok memimpin DKI
sebagai wakil gubernur, dan terakhir sejak Ahok terpenjarakan diangkat menjadi
Gubernur DKI dalam kurun waktu 4 bulan, ternyata tanpa diduga menjadi idola di
Sumatra Utara, di Tanah Batak dan Melayu serta Pujakesuma.
Ada harapan blusukan Pak Djarot dan istrinya ini tidak sekedar blusukan semata atau mengisi
waktu liburan natal dan akhir Tahun, namun mencuat hasrat agar Djarot benar benar ditetapkan sebagai alternatif
Calon Gubernur Sumatra Utara, dalam perhelatan Pilkada yang segera akan
dilaksanakan pada tahun 2018.
Saat ini sudah ada dua calon yang terpublikasikan yaitu
Gubernur incumbent Tengku Eddy
Nuriadi dan pasangannya (belum ditetapkan) dan pasangan yang lain adalah Edy Rahmayadi
(Letnan Jenderal TNI yang terakhir menjabat sebagai Pangkostrad) yang akan
berpasangan dengan Musa Rajeckshah (Ijek).
Nah jika Djarot pun maju menjadi Cagub Sumatra Utara, maka sudah ada
tiga pasangan yang akan bertarung seru dalam Pilkada Serentak 2018.
Djarot saat dipakaikan kain khas Karo Beka Buluh oleh Tokoh Kharismatik
Karo Heben Heser Ginting Munthe 007. Beka Buluh simbol pemimpin yang
berani, lurus dan bersih. Sumber Foto Koleksi Pribadi.
Menarik untuk disimak, apa yang membuat Djarot disambut
dengan sangat gegap gempita. Beberapa teman yang kami ajak diskusi mengatakan
bahwa dalam 3 bulan terakhir ini mereka sudah melakukan penjajakan siapa yang
paling cocok untuk dijadikan sebagai calon gubernur yang mengerti situasi riil
masyarakat terbawah di Sumatra Utara. Meskipun dari partai PDIP sendiri
sebelumnya sudah pernah terdengar beberapa nama yang kemungkinan akan
dicalonkan menjadi Cagub PDIP. Mereka
antara lain Maruarar Sirait, Effendy Simbolon bahkan Komjen Budi Waseso (Kepala
BNN).
Hasil penjajakan yang dilakukan beberapa relawan, (mereka
ini adalah termasuk relawan yang pertama muncul untuk mengusung Joko Widodo
menjadi Presiden) menemukan bahwa bukan
Maruarar, Efendy Simbolon atau Budi Waseso yang tepat, namun adalah Djarot
Syaiful Hidayat. Lalu menurut keterangan mereka ini, dilemparkanlah nama Djarot ke DPP PDIP di Jakarta, sampai
akhirnya ada niat untuk merencanakan blusukan Djarot Syaiful Hidayat ke Sumatra
Utara keseluruh Kota dan Kabupatennya.
Namun pertanyaan mendasar tadi belum terjawab. Apa yang ada
dalam diri Pak Djarot Syaiful Hidayat ini sehigga sambutan sangat diluar
dugaan, sangat antusias dan membawa optmisme.
Bahwakan ada yang menulis dalam laman facebooknya ; opungku yang tadinya sudah patah semangat tentang Pilgubsu semangat dan
bergairah kembali mendengar nama Djarot Syaiful Hidaya. Hahahaha
Menurut saya miminal ada tiga sebab yang membuat blusukan
Djarot ini sangat berhasil dan sangat diharapkan menjadi calon definitif gubernur
Sumatra Utara.
1.
Karakter dan integritas Djarot Sendiri.
Bayangkanlah wajah Djarot sambil
memejamkan mata Anda, apa yang lihat? Wajah yang tersenyum dibawah kumis lebat dan mata yang sangat bersahaja bukan? Wajah
ini adalah wajah yang menggambarkan kesederhanaan dan suka membangun
persahabatan dengan siapapun. Namun dibalik wajah yang sangat bersahabat itu
tersimpan satu karakter dengan keberanian untuk mengatakan tidak terhadap hal hal yang melanggar aturan, moral dan
etika. Dari rekam jejak Djarot selama
menjadi Bupati Blitar selama 10 tahun, anggota DPR RI dan wakil gubernur serta
gubernur (baca gubernur bukan gaberner ya teman) tidak pernah sekalipun tersangkut dalam tindakan tindakan koruptif.
Suatu konsistensi prilaku yang akhirnya melahirkan karakter. Dalam diri Djarot
terdapat istilah kepemimpinan yang digagas ahli ahli kepemimpinan Harvard
University yaitu Authentic Leader. Dalam
diri Djarot ada darah kepemimpinan.
2.
Kerinduan masyarakat Sumatra Utara akan sosok
pemimpin yang bersih dan berani serta bisa mengusung semua kepentingan rakyat.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir ini dua orang gubernur Sumatra Utara terjerat kasus korupsi, dan dua
duanya akhirnya digantikan oleh wakilnya menjadi gubernur. Artinya pembangunan
Sumatra Utara sangat terbengkalai dalam kurun waktu 10 atau mungkin 15 tahun
belakangan ini. Ingat Gubernur Syamsul
Arifin yang terkena kasus korupsi dan digantkan oleh Wakil Gubernur Gatot Pujo
Nugroho. Gatot Pujo akhirnya meneruskan
kepemimpinan Syamsul yang dipenjara sampai akhir masa jabatannya. Dalam Pilkada Gubernur berikutnya Gatot Pujo
berpasangan dengan Tengku Erry sebagai wakil nya dan terpilih. Namun ditengah
jalan Gatot sendiripun terkena kasus korupsi sampai akhirnya mengkuti jejak
pendahulunya Syamsul Arifin dan harus masuk Hotel Prodeo.
Koq bisa sih, koq Gubernur
selalu masuk bui dan terkena kasus Korupsi? Pertanyaan batiniah masyarakat
Sumatara Utara dan masyrakat diaspora Sumatra Utara terobati dengan Sosok
Djarot yang sangat bersih dan merakyat.
3.
Faktor Kedekatan Djarot Syaiful Hidayat dengan
Sosok Gubernur ideal Ahok, dan juga
Presiden Jokowi.
Djarot dan Ahok ternyata bukan
pasangan gubernur saja, namun hati mereka pun mempunyai Frekwensi kejujuran
yang sama. Ahok yang sangat dipuja dan dibanggakan di Sumatra Utara karena faktor
karakter dan juga keluarga (istri Ahok Veronica Tan adalah asli orang Medan)
menjadi salah satu faktor yang membuat Djarot pun diterima, bahkan diidolakan
oleh seluruh Suku di Sumatra Utara. Suku
Batak, Suku Melayu, Suku Jawa, Suku Chinese, Suku Padang, Suku Nias dan suku
suku yang lain merupakan penduduk dominan Sumatra Utara, yang komposisinya
tidak terlalu jauh berbeda dengan Jakarta. Icon Jakarta Ahok dan Djarot, seolah
olah pindah ke Medan ke Sumatra Utara. Tentu ini pun membuat faktor penerimaan
yang amat tinggi terhadap Djarot.
Faktor yang lain tentu saja
adalah Faktor Hubungan Djarot dengan Presiden Jokowi yang sama sama diusung
oleh PDIP, dan Pak Jokowi sendiri pun mempunyai Mantu Orang Batak Asli, tentu
ini pun menyumbang terhadap penerimaan terhadap blusukan Djarot Syaiful
Hidayat. Dan sejak pesta pernikahan itu. Sosok Presiden Jokowi yang sudah sangat dicintai di Sumatra Utara semakin dan semakin dihormati, disegani, dan disayangi sebagai orang Sumatra sendiri dengan istilah, halak hita do i.
Blusukan sudah sukses. Bahkan kesuksesannya melebihi perkiraan. Harapan rakyat Sumatra Utara ini
hendaknya ditangkap oleh PDIP dan segera menetapkan Djarot Syaiful Hidayat
menjadi Calon Gubernur Sumatra Utara. Dan
alangkah eloknya juga jika teman teman relawan yang sudah secara proaktif
melakukan survey dan penelitian akan kandidat pemimpin Sumatra Utara
diapresiasi secara tulus. Sekarang kita
berada pada jaman Kolaborasi, oleh sebab itu marilah kita saling bergandeng
tangan memilih pemimpin kita, sambil tetap saling menghargai dan saling
menghormati.
Memang ada istilah atau pribahasa yang entah dari mana
datangnya, lembu punya susu sapi punya
nama. Jiwa besar dan sikap saling mempedulikan harusnya makin besar setelah
kita minum susu segar itu. Begitulah kata Pak Siregar
Komentar