Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 28 April – 4 Mei 2024

Gambar
  Thema :  Ersada Ukur Ras Ersada Sura Sura 1 Korinti 1 : 10 – 17   Bahasa Karo  O senina-senina, kupindo man bandu i bas gelar Tuhanta Jesus Kristus: ersadalah katandu kerina, gelah ula sempat jadi perpecahen i tengah-tengahndu. Ersadalah ukurndu janah ersadalah sura-surandu. Maksudku eme: maka sekalak-sekalak kam nggo erpihak-pihak. Lit si ngatakenca, "Aku arah Paulus, " lit ka si ngatakenca, "Aku arah Apolos, " deba nina, "Aku arah Petrus, " janah lit pe si ngatakenca, "Aku arah Kristus." Sabap piga-piga kalak i bas jabu Klue nari ngatakenca man bangku maka i tengah-tengahndu lit turah perjengilen. Ibagi-bagiken kin Kristus man bandu? Paulus kin si mate i kayu persilang man gunandu? I bas gelar Paulus kin kam iperidiken? Kukataken bujur man Dibata sabap sekalak pe kam la aku mperidikenca, seakatan Krispus ras Gayus. Dage sekalak pe kam la banci ngatakenca maka kam nai iperidiken gelah jadi ajar-ajarku. Lupa aku! Istepanus ras isi jabuna pe nai

Djarot Syaiful Hidayat Sangat Diidolakan Sebagai Kandidat Gubernur Sumatra Utara



Media sosial anak anak Sumatra Utara pada satu minggu ini sangat semarak, sangat bergairah, sangat optimis, dan sangat gegap gempita.  Apa dikata penyebabnya? Adalah menyambut blusukan Djarot  Syaiful  Hidayat ke Sumatra Utara.  Djarot yang bekas kompatriot Ahok memimpin DKI sebagai wakil gubernur, dan terakhir sejak Ahok terpenjarakan diangkat menjadi Gubernur DKI dalam kurun waktu 4 bulan, ternyata tanpa diduga menjadi idola di Sumatra Utara, di Tanah Batak dan Melayu serta Pujakesuma. 

Ada harapan blusukan Pak Djarot dan istrinya  ini tidak sekedar blusukan semata atau mengisi waktu liburan natal dan akhir Tahun, namun mencuat hasrat  agar Djarot benar benar ditetapkan sebagai alternatif Calon Gubernur Sumatra Utara, dalam perhelatan Pilkada yang segera akan dilaksanakan pada tahun 2018. 

Saat ini sudah ada dua calon yang terpublikasikan yaitu Gubernur incumbent Tengku Eddy Nuriadi dan pasangannya (belum ditetapkan) dan pasangan yang lain adalah Edy Rahmayadi (Letnan Jenderal TNI yang terakhir menjabat sebagai Pangkostrad) yang akan berpasangan dengan Musa Rajeckshah (Ijek).  Nah jika Djarot pun maju menjadi Cagub Sumatra Utara, maka sudah ada tiga pasangan yang akan bertarung seru dalam Pilkada Serentak 2018.

 Djarot saat dipakaikan kain khas Karo Beka Buluh oleh Tokoh Kharismatik Karo Heben Heser Ginting Munthe 007. Beka Buluh simbol pemimpin yang berani, lurus dan bersih. Sumber Foto Koleksi Pribadi.

Menarik untuk disimak, apa yang membuat Djarot disambut dengan sangat gegap gempita. Beberapa teman yang kami ajak diskusi mengatakan bahwa dalam 3 bulan terakhir ini mereka sudah melakukan penjajakan siapa yang paling cocok untuk dijadikan sebagai calon gubernur yang mengerti situasi riil masyarakat terbawah di Sumatra Utara. Meskipun dari partai PDIP sendiri sebelumnya sudah pernah terdengar beberapa nama yang kemungkinan akan dicalonkan menjadi Cagub PDIP.  Mereka antara lain Maruarar Sirait, Effendy Simbolon bahkan Komjen Budi Waseso (Kepala BNN). 

Hasil penjajakan yang dilakukan beberapa relawan, (mereka ini adalah termasuk relawan yang pertama muncul untuk mengusung Joko Widodo menjadi Presiden) menemukan  bahwa bukan Maruarar, Efendy Simbolon atau Budi Waseso yang tepat, namun adalah Djarot Syaiful Hidayat. Lalu menurut keterangan mereka ini, dilemparkanlah  nama Djarot ke DPP PDIP di Jakarta, sampai akhirnya ada niat untuk merencanakan blusukan Djarot Syaiful Hidayat ke Sumatra Utara keseluruh Kota dan Kabupatennya.

Namun pertanyaan mendasar tadi belum terjawab. Apa yang ada dalam diri Pak Djarot Syaiful Hidayat ini sehigga sambutan sangat diluar dugaan, sangat antusias dan membawa optmisme.  Bahwakan ada yang menulis dalam laman facebooknya ; opungku yang tadinya sudah patah semangat tentang Pilgubsu semangat dan bergairah kembali mendengar nama Djarot Syaiful Hidaya. Hahahaha

Menurut saya miminal ada tiga sebab yang membuat blusukan Djarot ini sangat berhasil dan sangat diharapkan menjadi calon definitif gubernur Sumatra Utara.

1.       Karakter dan integritas Djarot Sendiri.
Bayangkanlah wajah Djarot sambil memejamkan mata Anda, apa yang lihat? Wajah yang tersenyum dibawah kumis lebat  dan mata yang sangat bersahaja bukan? Wajah ini adalah wajah yang menggambarkan kesederhanaan dan suka membangun persahabatan dengan siapapun. Namun dibalik wajah yang sangat bersahabat itu tersimpan satu karakter dengan keberanian untuk mengatakan tidak terhadap hal hal yang melanggar aturan, moral dan etika.  Dari rekam jejak Djarot selama menjadi Bupati Blitar selama 10 tahun, anggota DPR RI dan wakil gubernur serta gubernur (baca gubernur bukan gaberner ya teman) tidak pernah sekalipun  tersangkut dalam tindakan tindakan koruptif. Suatu konsistensi prilaku yang akhirnya melahirkan karakter. Dalam diri Djarot terdapat istilah kepemimpinan yang digagas ahli ahli kepemimpinan Harvard University yaitu Authentic Leader.  Dalam diri Djarot ada darah kepemimpinan. 

2.       Kerinduan masyarakat Sumatra Utara akan sosok pemimpin yang bersih dan berani serta bisa mengusung semua kepentingan rakyat.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini dua orang gubernur Sumatra Utara terjerat kasus korupsi, dan dua duanya akhirnya digantikan oleh wakilnya menjadi gubernur. Artinya pembangunan Sumatra Utara sangat terbengkalai dalam kurun waktu 10 atau mungkin 15 tahun belakangan ini.  Ingat Gubernur Syamsul Arifin yang terkena kasus korupsi dan digantkan oleh Wakil Gubernur Gatot Pujo Nugroho.  Gatot Pujo akhirnya meneruskan kepemimpinan Syamsul yang dipenjara sampai akhir masa jabatannya.  Dalam Pilkada Gubernur berikutnya Gatot Pujo berpasangan dengan Tengku Erry sebagai wakil nya dan terpilih. Namun ditengah jalan Gatot sendiripun terkena kasus korupsi sampai akhirnya mengkuti jejak pendahulunya Syamsul Arifin dan harus masuk Hotel Prodeo.
Koq bisa sih, koq Gubernur selalu masuk bui dan terkena kasus Korupsi? Pertanyaan batiniah masyarakat Sumatara Utara dan masyrakat diaspora Sumatra Utara terobati dengan Sosok Djarot yang sangat bersih dan merakyat. 

3.       Faktor Kedekatan Djarot Syaiful Hidayat dengan Sosok Gubernur ideal  Ahok, dan juga Presiden Jokowi.  
Djarot dan Ahok ternyata bukan pasangan gubernur saja, namun hati mereka pun mempunyai Frekwensi kejujuran yang sama. Ahok yang sangat dipuja dan dibanggakan di Sumatra Utara karena faktor karakter dan juga keluarga (istri Ahok Veronica Tan adalah asli orang Medan) menjadi salah satu faktor yang membuat Djarot pun diterima, bahkan diidolakan oleh seluruh Suku di Sumatra Utara.  Suku Batak, Suku Melayu, Suku Jawa, Suku Chinese, Suku Padang, Suku Nias dan suku suku yang lain merupakan penduduk dominan Sumatra Utara, yang komposisinya tidak terlalu jauh berbeda dengan Jakarta. Icon Jakarta Ahok dan Djarot, seolah olah pindah ke Medan ke Sumatra Utara. Tentu ini pun membuat faktor penerimaan yang amat tinggi terhadap Djarot. 

Faktor yang lain tentu saja adalah Faktor Hubungan Djarot dengan Presiden Jokowi yang sama sama diusung oleh PDIP, dan Pak Jokowi sendiri pun mempunyai Mantu Orang Batak Asli, tentu ini pun menyumbang terhadap penerimaan terhadap blusukan Djarot Syaiful Hidayat. Dan sejak pesta pernikahan itu.  Sosok Presiden Jokowi yang sudah sangat dicintai di Sumatra Utara semakin dan semakin dihormati, disegani, dan disayangi sebagai orang Sumatra sendiri dengan istilah, halak hita do i.

Blusukan sudah sukses. Bahkan kesuksesannya melebihi  perkiraan. Harapan rakyat Sumatra Utara ini hendaknya ditangkap oleh PDIP dan segera menetapkan Djarot Syaiful Hidayat menjadi Calon Gubernur Sumatra Utara.  Dan alangkah eloknya juga jika teman teman relawan yang sudah secara proaktif melakukan survey dan penelitian akan kandidat pemimpin Sumatra Utara diapresiasi secara tulus.  Sekarang kita berada pada jaman Kolaborasi, oleh sebab itu marilah kita saling bergandeng tangan memilih pemimpin kita, sambil tetap saling menghargai dan saling menghormati.
Memang ada istilah atau pribahasa yang entah dari mana datangnya, lembu punya susu sapi punya nama. Jiwa besar dan sikap saling mempedulikan harusnya makin besar setelah kita minum susu segar itu. Begitulah kata Pak Siregar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023