Bekerja atau melayani memerlukan passion. Passion itu sendiri artinya adalah minat yang
besar atau hasrat atau gairah. Dalam
terjemahan yang lebih luas lagi bisa berarti panggilan jiwa. Bekerja tanpa passion artinya bekerja tanpa
hasrat, yang hasilnya dapat diramalkan hanya asal asalan saja.
Seorang teman saya baru baru ini ditawari menjadi direktur
utama Garuda Indonesia, menggantikan Emirsyah Satar yang sebentar lagi akan
pensiun. Dia menolak jabatan yang sangat
bergengsi dan mentereng itu kepada Dahlan Iskan sang Menteri BUMN karena menjadi
Direktur Utama Garuda Indonesia tidak sesuai dengan passion nya. “Passion saya
tidak disitu Pak Dahlan,” katanya
mengulangi kalimatnya ketika kami berbincang bincang di kantornya beberapa
minggu yang lalu.
Apa hasrat Anda dalam pelayanan? Apa hasrat Anda dalam pekerjaan? Setiap orang harus mengenal hasratnya, setiap
orang harus mampu mengidentifikasi passionnya ketika menerima pelayanan yang
diberikan kepada dirinya. Alangkah tidak
baik dan tidak bijaksananya kalau seseorang menerima jabatan pelayanan, padahal
passionnya bukan disitu, hasratnya tidak ada sedikit pun tentang bidang jabatan
itu. Panggilan jiwanya sebenarnya pada
bidang yang lain, namun karena jabatan yang ditawarkan itu menurut dia popular,
maka dia terima jabatan itu.
Sebuah cerita yang sangat menarik pernah diceritakan oleh
Marsilam Simanjuntak, mantan Jaksa Agung yang sangat disegani dalam bidang
hukum. Dia diminta oleh ibunya untuk
kuliah di fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dengan terpaksa dia kuliah mengikuti nasihat
ibunya padahal passionnya bukan menjadi dokter gigi. Namun karena takut dan hormat kepada ibu
kandungnya dia mengikuti perkuliahan di fakultas kedokteran gigi sampai lulus. Pada saat upacara wisuda di kampus UI dia
melakukan hal yang sangat mengejutkan ibunya dan seluruh keluarganya.
Seketika setelah menerima
ijazah kelulusannya sebagai dokter gigi dia menghadap ibunya dan
menyerahkan ijazahnya kepadanya sambil berkata : “Mama, ini saya persembahkan
ijazah dokter gigi saya kepada mama,
ambil dan simpan sebagai tanda bakti dan hormat saya kepada mama”. “Namun karena saya tidak punya passion
menjadi dokter gigi, maka saya kembali ingin kuliah mulai dari tingkat satu di
fakultas hukum”. Dan benar, Marsilam
Simanjuntak dikenal luas hanya sebagai seorang Sarjana Hukum, bukan dokter gigi
padalah dia mempunyai ijazah kelulusan dari dua fakultas di Universitas
Indonesia.
Bekerjalah dengan
passion, melayanilah dengan passion maka pekerjaan dan pelayanan Anda akan
berkualitas dengan sangat tinggi. Ada kepuasan jiwa, ada perasaan menang dan
perasaan bermakna jika melayani dengan
passion. Mel Gibson sang bintang film
tenar dan sutradara handal memberikan kata kepada Yesus Kristus atas kehidupan
dan pelayananNYA di dunia dengan kata passion.
Itulah sebabnya Mel Gibson memberikan judul film yang dibuatnya tentang pengorbanan dan ketaatan Yesus Kristus
sebagai : The Passion.
Bagaimana kalau anda sudah terlanjur menerima pekerjaan atau
jabatan pelayanan padahal passion anda
tidak sesuai? Cara yang terbaik adalah anda belajar mencintai dan menghidupi
makna pekerjaan dan pelayanan itu.
Beberapa sifat dan kebiasaan Anda yang tidak sesuai harus dimodifikasi,
harus disesuaikan supaya hasrat dan jiwa Anda sejalan dengan passion pelayanan
anda. Tidak disarankan untuk
mengembalikan jabatan itu, karena hal tersebut tentu lebih tidak
bijaksana. Hidupilah makna pelayanan itu
dan belajarlah kembali supaya passion anda muncul meskipun membutuhkan waktu
yang lama.
Orang tua pun harus mampu membantu anaknya untuk menemukan
passionnya. Sangat sayang jika anak anak
kita seperti Marsilam Simanjuntak.
Terlalu rugi dalam waktu dan uang.
Kalau kita mampu membantu anak anak kita menemukan passionnya, maka kita
akan mengarahkan dia untuk menjadi pekerja tangguh dan pekerja yang bekerja
dengan sepenuh jiwanya. Bujur ras mejuah
juah kita kerina.
Komentar