Pada hari Sabtu tanggal 1 Februari 2014, Gunung
Sinabung menelan korban jiwa. Ada 15 orang yang ditemukan sudah tewas
akibat serangan awan panas di desa Suka Meriah. Dari 15 orang tersebut 7 orang adalah anak muda yang tergabung dalam GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) dari Kota Cane.
Apa sebab mereka ada di Desa Suka Meriah, pada hal
mereka bukan penduduk desa yang jaraknya hanya sekitar 2,7 km dari kawah
Gunung Sinabung yang sudah lebih 4 bulan erupsi terus? Apa sebab mereka berada di zona maut pada hari Sabtu itu? Kalau dicari cari jawabannya, maka kematian mereka ada hubungannya dengan garam. Garam? Ya benar karena garam.
Perlanja Sira (Pembawa Garam, Orang Karo Jaman Dulu)
Mereka tewas dan gugur sebagai bunga bangsa karena mereka sedang mempraktekkan hidup sebagai garam. Hidup sebagai garam sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus dalam Matius 5 : 13
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah
ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”.
Sebenarnya para mahasiswa itu baru 2 hari berada di posko Kuta Payung, sebagai relawan. Pada hari Sabtu itu mereka mendengar bahwa sebagian penduduk mendatangi desa Suka Meriah untuk melihat lihat keadaan. Para Mahasiswa ini tergerak hatinya untuk memperingati para penduduk yang mendatangi desa Suka Meriah karena besarnya risiko dan bahaya yang bisa saja tiba tiba datang. Oleh
sebab itu dengan mengendarai sepeda motor mereka berangkat pagi pagi
sekitar jam 09.00 ke desa Suka Meriah untuk memperingati warga (orang
tua, remaja, anak sekolah) supaya segera meninggalkan lokasi.
Perlanja Sira (Pembawa Garam Orang Karo Jaman Dulu)
Benar, bahaya itu datang. Sekitar
jam 10 terjadi erupsi tiba tiba dengan mengeluarkan debu dan awan panas
yang mengalir dari puncak kawah dan menyapu ke bawah ke arah desa Suka
Meriah . Dengan kecepatan lebih kurang 100 km/jam awan panas dengan suhu lebih kurang 700 derajat Celsius. Tidak
ada lagi tempat mengelak. Tewas lah 14 orang di tempat dan satu orang
lagi dalam sempat dibawa ke Rumah Sakit di Kabanjahe.
Lima orang tewas karena satu sebab dan dua alasan. Dua alasan adalah karena memperingati bahaya, dan diperingati bahaya. Kelompok yang pertama datang untuk menghimbau segera kembali, sedangkan kelompok sebelumnya karena rindu untuk melihat situasi dan keadaan kampung halamannya.
Garam adalah suatu benda yang sangat dbutuhkan manusia dalam makanannya. Menjadi garam adalah artinya menjadi sesuatu yang berguna bagi manusia. Orang Kristen diajarkan oleh Tuhan Yesus untuk menjadi garam yaitu supaya berguna dan dibutuhkan oleh orang lain. Memang hidup tidak ada gunanya kalau hanya dijalankan untuk kebutuhan diri sendiri. Hidup akan berguna jika dipakai untuk kegunaan orang lain. Inti pengajaran Taurat adalah menjadi garam dan menjadi terang.
Dengan demikian 7 orang Mahasiswa GMKI yang tewas itu sudah berusaha untuk menjadi berguna bagi penduduk di Suka Meriah. Mereka sudah berusaha menjadi garam. Garam bagi penduduk Suka Meriah, garam bagi keluarga, ayah ibu dan saudara saudar kandung mereka. Garam bagi semua orang Kristen di seluruh dunia yang mendengar dan mengingat kisah keberabian mereka. Seorang diantaranya adalah wanita yang masih berusia 19 tahun.
Para Mahasiswa orang kristen itu
menyadari kekuatannya
adalah semangat dan keberanian diri.
Mereka ada di desa Payung karena menjalankan himbauan induk organisasinya untuk menjadi relawan membantu para pengungsi.
Hidup
mereka singkat, tidak sampai 30 tahun. Namun ingatan kepada mereka akan
lama, dan setiap kali orang mengingat mereka maka nama Tuhan akan
dipuji dan ditinggikan.
Mejuah juah.
Komentar