Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 28 April – 4 Mei 2024

Gambar
  Thema :  Ersada Ukur Ras Ersada Sura Sura 1 Korinti 1 : 10 – 17   Bahasa Karo  O senina-senina, kupindo man bandu i bas gelar Tuhanta Jesus Kristus: ersadalah katandu kerina, gelah ula sempat jadi perpecahen i tengah-tengahndu. Ersadalah ukurndu janah ersadalah sura-surandu. Maksudku eme: maka sekalak-sekalak kam nggo erpihak-pihak. Lit si ngatakenca, "Aku arah Paulus, " lit ka si ngatakenca, "Aku arah Apolos, " deba nina, "Aku arah Petrus, " janah lit pe si ngatakenca, "Aku arah Kristus." Sabap piga-piga kalak i bas jabu Klue nari ngatakenca man bangku maka i tengah-tengahndu lit turah perjengilen. Ibagi-bagiken kin Kristus man bandu? Paulus kin si mate i kayu persilang man gunandu? I bas gelar Paulus kin kam iperidiken? Kukataken bujur man Dibata sabap sekalak pe kam la aku mperidikenca, seakatan Krispus ras Gayus. Dage sekalak pe kam la banci ngatakenca maka kam nai iperidiken gelah jadi ajar-ajarku. Lupa aku! Istepanus ras isi jabuna pe nai

Ramai Ramai Membela Lembaganya Masing Masing, Bukti Iblis Sudah Menguasai Sendi Sendi Bangsa

Juru Bicara Mahkamah Agung Republik Indonesia  Djoko Sarwoko, ketika diwawancarai oleh Karni Ilyas dalam acara Jakarta Lawyers Club tadi malam (Selasa, 20 Nopember 2012) soal pengunduran diri  Hakim Agung Ahmad Yamani terkesan sangat plin plan dan terang terangan membela  rekannya tersebut.  Ketika di cecar oleh pertanyaan Bung Karni tentang perubahan hukuman dari 15 tahun menjadi 12 tahun dengan tulisan tangan, “apakah itu kelalaian atau kesengajaan”, Djoko Sarwoko mengatakan kelalaian. 

 
Bayangkan, salinan keputusan  yang telah diputuskan oleh tim yang beranggotakan 3 orang Hakim Agung dari  Mahkamah Agung diminta dan dirubah oleh satu orang, dikatakan sebuah kelalaian.  Padahal terangan terangan sebuah kesengajaan.  Pemilihan terhadap kelalaian ini adalah sebuah upaya pembelaan diri terhadap korps atau lembaganya.

Sebelumnya Kepolisian Republik Indonesia dalam kasus korupsi di Korlantas yang melibatkan jenderal berbintang dua nya  juga pada awalnya terkesan sangat membela kepentingan  korps nya atau lembaganya.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam banyak  kasus juga sangat membela prilaku anggotanya.  Khususnya dalam kasus kasus    study banding ke luar negeri.  Dalam kasus yang sekarang sedang bergulir tentang pemerasan kepada BUMN,    DPR sangat membela lembaganya atau pu n individual anggotanya.

Istana Presiden saat dikatakan  sudah dimasuki oleh  mafia narkoba juga sangat rapat menutup diri dan melakukan pembelaan mati- matian k  melalui   Menteri Sekretaris Negara  Sudi Silalahi.  Padahal  yang memberi pernyataan adalah seorang ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Mahfud MD.  Bukankah seharusnya info dari pak Mahfud dijadikan bahan  untuk melakukan penyelidikan yang lebih tajam?

Jika lembaga lembaga tinggi negara hanya mampu melakukan pembelaan diri saja, melalui pembenaran pembenaran yang direkayasa, berarti  Negara ini sudah tidak memerlukan lagi kebenaran yang hakiki.   Apalagi pembelaan dilakukan setelah ada  kejanggalan kejanggalan yang mengusik hati  nurani segenap Bangsa Indonesia.   Apalagi   pembelaan diri dilakukan setelah ada tanda tanda perbuatan yang tidak benar seperti misalnya Korupsi.

Oh,  prihatin dan sangat memprihatinkan.  Kebenaran, moral dan etika  sudah tidak berfungsi  lagi   sebagai pilar perjalanan Bangsa.  Mereka sudah digantikan  oleh uang,  dan penguasa tertinggi uang adalah  setan  yang punya nama lain Lucifer.  Benarkah  bangsa kita sudah semakin dikuasai Setan atau Iblis?

Pendidikan Karakter Mempersiapkan Negarawan.

Jangan kita membiarkan semangat hanya membela kepentingan lembaga atau kelompok ini semakin besar dan menguat dalam bangsa  kita.  Harus ada upaya sangat serius untuk mendidik calon calon pemangku jabatan negara beruba pendidikan karakter dan sifat sifat kenegarawan.   Harus dimulai dari sekarang,  memang sulit untuk menentukan siapa atau lembaga mana yang harus memulainya.   Namun ini sebuah keharusan dan mutlak diperlukan.

Saya melihat masih ada harapan, yaitu melalui sekolah sekolah dan lembaga lemabaga swasta seperti   perusahaan perusahaan yang mempunyai Shared value  yang jelas dan berlandaskan kepada etika kebenaran.  Perusahaan seperti Astra International, PT Telkom, PT Elnusa, Kompas Gramedia Group, Sinar Mas Group, Konimex di Solo setahuku sangat mengutamakan kejujuran/integritas dan kebenaran dalam menjalankan business processnya.


Tokoh tokoh agama dan pendidik yang mau memilih pengajaran kebenaran dan tidak suka popularitas di televisi   tetap memberikan optimisme kepada pengajaran Bangsa ini.  Nama nama seperti  Buya Syafii  Maarif, Komarudiin Hidayat, Jacob Oetama, Anis Baswedan,  Jakob Tobing, Salahuddin Wahid,  AA Yewangoe, Garin Nugroho kita harapkan lebih banyak berperan di dalam melakukan pendidikan karakter Bangsa.  Dimata saya orang orang seperti mereka perlu diapresiasi dengan  lebih tulus serta diberi kesempatan yang lebih besar.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023