Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 14 – 20 September 2025

Gambar
  Thema Perhatikan dan Patuhi Undang-Undang Tuhan (Perdiateken Ras Patuhi Undang-Undang Tuhan) Nas : Yosua 1:7–9 Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi. Pengantar Kitab Yosua menggambarkan transisi besar bangsa Israel dari masa pengembaraan di padang gurun menuju tanah perjanjian. Perintah Allah kepada Yosua bukan sekadar strategi militer, tetapi fon...

Ramai Ramai Membela Lembaganya Masing Masing, Bukti Iblis Sudah Menguasai Sendi Sendi Bangsa

Juru Bicara Mahkamah Agung Republik Indonesia  Djoko Sarwoko, ketika diwawancarai oleh Karni Ilyas dalam acara Jakarta Lawyers Club tadi malam (Selasa, 20 Nopember 2012) soal pengunduran diri  Hakim Agung Ahmad Yamani terkesan sangat plin plan dan terang terangan membela  rekannya tersebut.  Ketika di cecar oleh pertanyaan Bung Karni tentang perubahan hukuman dari 15 tahun menjadi 12 tahun dengan tulisan tangan, “apakah itu kelalaian atau kesengajaan”, Djoko Sarwoko mengatakan kelalaian. 

 
Bayangkan, salinan keputusan  yang telah diputuskan oleh tim yang beranggotakan 3 orang Hakim Agung dari  Mahkamah Agung diminta dan dirubah oleh satu orang, dikatakan sebuah kelalaian.  Padahal terangan terangan sebuah kesengajaan.  Pemilihan terhadap kelalaian ini adalah sebuah upaya pembelaan diri terhadap korps atau lembaganya.

Sebelumnya Kepolisian Republik Indonesia dalam kasus korupsi di Korlantas yang melibatkan jenderal berbintang dua nya  juga pada awalnya terkesan sangat membela kepentingan  korps nya atau lembaganya.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam banyak  kasus juga sangat membela prilaku anggotanya.  Khususnya dalam kasus kasus    study banding ke luar negeri.  Dalam kasus yang sekarang sedang bergulir tentang pemerasan kepada BUMN,    DPR sangat membela lembaganya atau pu n individual anggotanya.

Istana Presiden saat dikatakan  sudah dimasuki oleh  mafia narkoba juga sangat rapat menutup diri dan melakukan pembelaan mati- matian k  melalui   Menteri Sekretaris Negara  Sudi Silalahi.  Padahal  yang memberi pernyataan adalah seorang ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Mahfud MD.  Bukankah seharusnya info dari pak Mahfud dijadikan bahan  untuk melakukan penyelidikan yang lebih tajam?

Jika lembaga lembaga tinggi negara hanya mampu melakukan pembelaan diri saja, melalui pembenaran pembenaran yang direkayasa, berarti  Negara ini sudah tidak memerlukan lagi kebenaran yang hakiki.   Apalagi pembelaan dilakukan setelah ada  kejanggalan kejanggalan yang mengusik hati  nurani segenap Bangsa Indonesia.   Apalagi   pembelaan diri dilakukan setelah ada tanda tanda perbuatan yang tidak benar seperti misalnya Korupsi.

Oh,  prihatin dan sangat memprihatinkan.  Kebenaran, moral dan etika  sudah tidak berfungsi  lagi   sebagai pilar perjalanan Bangsa.  Mereka sudah digantikan  oleh uang,  dan penguasa tertinggi uang adalah  setan  yang punya nama lain Lucifer.  Benarkah  bangsa kita sudah semakin dikuasai Setan atau Iblis?

Pendidikan Karakter Mempersiapkan Negarawan.

Jangan kita membiarkan semangat hanya membela kepentingan lembaga atau kelompok ini semakin besar dan menguat dalam bangsa  kita.  Harus ada upaya sangat serius untuk mendidik calon calon pemangku jabatan negara beruba pendidikan karakter dan sifat sifat kenegarawan.   Harus dimulai dari sekarang,  memang sulit untuk menentukan siapa atau lembaga mana yang harus memulainya.   Namun ini sebuah keharusan dan mutlak diperlukan.

Saya melihat masih ada harapan, yaitu melalui sekolah sekolah dan lembaga lemabaga swasta seperti   perusahaan perusahaan yang mempunyai Shared value  yang jelas dan berlandaskan kepada etika kebenaran.  Perusahaan seperti Astra International, PT Telkom, PT Elnusa, Kompas Gramedia Group, Sinar Mas Group, Konimex di Solo setahuku sangat mengutamakan kejujuran/integritas dan kebenaran dalam menjalankan business processnya.


Tokoh tokoh agama dan pendidik yang mau memilih pengajaran kebenaran dan tidak suka popularitas di televisi   tetap memberikan optimisme kepada pengajaran Bangsa ini.  Nama nama seperti  Buya Syafii  Maarif, Komarudiin Hidayat, Jacob Oetama, Anis Baswedan,  Jakob Tobing, Salahuddin Wahid,  AA Yewangoe, Garin Nugroho kita harapkan lebih banyak berperan di dalam melakukan pendidikan karakter Bangsa.  Dimata saya orang orang seperti mereka perlu diapresiasi dengan  lebih tulus serta diberi kesempatan yang lebih besar.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025