Bayangkan Anda mempunyai seorang anak, atau adik, atau teman, atau ponakan, atau sepupu yang sejak lahirnya mengalami kesulitan. Saat ibunya mau melahirkan harus merantau dari suatu tempat ke tempat yang lain dimana dia tidak punya saudara atau tempat berteduh. Bayangkan Anda adalah suami yang sedang membawa istri yang sedang hamil tua mau melahirkan karena terpaksa pindah ke kota yang asing bagi Anda. Bayangkan ketika anak itu lahir tidak ada siapa siapa yang menyambutnya. Jangankan dokter atau bidan, dan rumah bersalin atau tempat tidur. Hanya gembel penggembala yang datang pada awalnya.
Lalu si anak bertumbuh dengan penuh kelembutan dan rasa hormat kepada orang tuanya dan teman temannya. Si anak yang bermata teduh, dan berhati amat suci bersih ini selalu memilih yang paling tidak baik untuk dirinya. Waktu bermain dalam usia kanak kanaknya habis untuk menolong ayah nya yang profesinya kasar sebagai tukang kayu. Lalu ketika si anak menjadi remaja serta semakin penuh dengan ketaatan dengan setia mengikuti orang tuanya dalam melaksanakan i ritual ritual kesukuan dalam agamanya.
Dia sangat pendiam, penyabar, penuh belas kasihan, selalu mendahulukan orang lain. Jujur, berani dalam hal hal yang benar. Taat kepada adat, agama, serta hormat kepada setiap orang. Wajahnya sangat lugu, damai, dan tidak ada sedikitpun kebencian, egoisme dan keserakahan dalam wajah, mata dan hatinya.
Lalu bayangkanlah anak atau pemuda yang sebaik dirinya akhirnya terpaksa mengalami pen yiksaan, penghinaan, pelecehan dimana pakaiannya dirobek robek di depan umum. Daging tubuhnya tercabik cabik dan darah mengalir dari sungai sungai yag terbentuk dari cambuk cambuk yang menghujam ke sekujur tubuh lugunya . Tubuh yang kurus dalam keseimbangan makanan dan puasanya, dipaksa tercongkel daging dagingnya, dan menyembur darah segarnya atas siksaan penghinaan yang sengaja direkayasakan kepada diriNYA.
Penghinaan apa yang diberikan kepada anak berhati lembut, bermata teduh, bersuara pelan dan tenang serta berkarakter membantu dan menolong orang itu? Bukankah banyak Barabbas atau preman, atau penjahat yang lain yang lebih pantas dan berhak untuk menerima hadiah cambukan penyiksaan itu?
Tapi mengapa kepada manusia yang paling lembut, paling rendah hati, paling tidak punya dendam , paling disiplin, paling rajin berdoa dan menolong orang lain itu siksa manusia jago jago rekayasa dialamatkan? Dan mengapa dia yang kaki dan tangannya dipakai untuk membuktikan bahwa paku dan martil begitu perkasa mengawini kayu bersilang ditengah kucuran darah segar, manis dan sumber hidup kekal. Mengapa dia tetap mendoakan semua orang dan prajurit yang menyiksa dan meludahi dirinya? Mengapa? Mengapa Dia yang harus tersiksa, dan dipermalukan, dan akhirnya menghembuskan nafasnya. Mati. Mati dalam keluguan dan penyerahan totalnya?
Dia mati karena dia memang bukanlah laki laki di pintu surga, yang bergelimang dengan uang pajak. Tapi Dia Mati karena Dia berasal dari Surga, bahkan Dialah surga itu sendiri. Dia mati hanya untuk memastikan para pembaca semua suatu saat menyusul diriNya masuk ke Surga yang kita idamkan itu. Selamat menyambut Jumat Agung, sahabatku.
Komentar