Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 13 - 19 Juli 2025

Gambar
  Thema: Membuat Nama (Erbahan Gelar) Nas: Lukas 2:21 (TB)  "Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya." Pengantar Nama adalah pemberian ilahi yang bukan hanya berfungsi sebagai penanda sosial, tetapi juga sebagai penegasan identitas, panggilan hidup, dan relasi seseorang dengan Tuhan. Dalam tradisi Ibrani, pemberian nama erat kaitannya dengan makna profetik dan tujuan ilahi. Yesus, sebagai Anak Allah yang menjadi manusia, diberi nama sesuai dengan rancangan kekal Allah sendiri — sebelum Ia dikandung, bahkan sebelum Ia lahir. Dalam konteks Karo, pemberian nama atau erbahan gelar bukan sekadar urusan budaya, tetapi juga memiliki dimensi spiritual dan eksistensial yang dalam. Fakta Historis dan Biblis Yesus diberi nama pada hari ke-8 saat Ia disunat, sesuai dengan hukum Taurat (Imamat 12:3). Nama "Yesus" (Ibrani: Yeshua) berarti "Yahweh menyelamatkan", yang ...

TENTANG VIDEO ITU


Tanpa kita sadari, atau mungkin kita sangat sadar, bahwa energi kebangsaan kita sedang ditarik ke arah yang tidak ada maknanya. Pembicaraan paling hangat yang dilakukan hampir semua kalangan adalah kasus Video Mesum 3 orang itu. Hampir semua stasiun televisi menyiarkannya, dengan beragam kemasan acara, mulai dari acara gossip sampai Talk Show yang (katanya) paling cerdas dan berwibawa. Sejumlah pejabat sampai menteri ikut memperbincangkannya, tokoh yang paling mengandalkan moral sampai yang emosional pun tidak ketinggalan. Para ahli telematika, pembuat undang undang, pejabat bidang Hukum, sampai pengacara kondang ikut berbicara dan menyampaikan kuliah-kuliah cerdasnya. Secara diam-diam, karena terlalu heboh disiarkan, anak-anak remaja dan orang orang tua lugu pun ikut bertanya-tanya, ‘seperti apa sich videonya’. Sampai akhirnya dengan sembunyi-sembunyi ikut pula menyaksikan video tersebut. Apa reaksi mereka, para remaja dan orang tua lugu itu? Macam-macam saya kira. Dan semua menarik kesimpulannya sendiri.

Sebuah fenomena secara kebangsaan bisa kita petakan.
* Bangsa kita ternyata suka gossip, membicarakan masalah orang lain yang belum tentu kebenarannya.
* Sebuah iklan raksasa tentang ketidak baikan sedang ditayangkan di ruang-ruang keluarga kita.
* Sejumlah kaum pragmatis sedang mempergunakan ajang ini untuk mempopulerkan dirinya, dengan memakai kesempatan wawancara menayangkan kecerdasan dan moralitasnya yang "tinggi".
* Para pemilik stasiun televisi dan media yang lain sedang mengeruk keuntungan yang sangat hebat.
* Para pengacara senior pun pasti akan melihat dan mempergunakan kesempatan ini untuk mendapatkan keuntungan dari kesempatan melakukan pembelaan para selebritis itu sekaligus meng-iklan-kan diri pribadinya.
* Masalah-masalah kenegaraan yang lain nampaknya saat ini tidak menarik untuk diikuti karena ditutupi oleh nikmatnya “peristiwa kebejatan ini”

Lalu saya teringat akan pedah-pedah (petuah) orang tua saya dimasa lalu, “jangan memancing di air keruh”, janganlah menarik keuntungan dari penderitaan orang lain. Khusus untuk kasus ini saya kira lebih tepat jika dikatakan, “JANGAN MENCARI KEUNTUNGAN DI ATAS KENIKMATAN ORANG LAIN”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025