Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Gambar
Thema: Pengurus yang Dipercaya ( Pengurus Si Terteki ) Nas: 1 Korintus 4:1–5 “Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai. Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.” Pengantar Menjadi seorang pengurus dalam pelayanan jemaat adalah sebuah kehormatan besar sekaligus amanah ilahi yang penuh tanggung jawab. Dalam nasihat Rasul Pau...

SUSI SUSANTI MEMBUATKU MENANGIS



Saya sampai tidak bisa berkata kata, dan pikiran menerawang mengembara di atas batas kesadaran saat mendengar jawaban Susi Susanti, ketika suatu saat diwawancarai oleh satu stasiun radio terkenal di Jakarta beberapa tahun yang lalu. Saat itu saya sedang mengendarai mobil berangkat ke kantor di Mangga Dua. Pewawancara bertanya, apakah Susi tidak pernah mendapatkan tawaran dari negara luar, mengingat bahwa banyak pebulutangkis Indonesia sudah hijrah ke negara lain, antara lain Mia Audina. Jawaban Susi Susanti waktu itu “ Ada beberapa negara yang mengkontak saya, bahkan menawarkan sebagai warga negara kelas satu, antara lain Amerika Serikat dan Kanada, juga (kalau saya tidak salah dengar) Inggris. Tapi saya tolak dengan jawaban, Saya orang Indonesia, lahir dan besar di Tasik Malaya. Biarlah seluruh prestasi saya persembahkan untuk bangsa ini.” Padahal lanjut Susi, waktu itu saya belum resmi mendapatkan..................Titik titik ini lah yang membuat mataku mulai berkaca-kaca.

Jadi, lanjut pewawancara, “ketika Mbak Susi tahun 1992 mempersembahkan Medali Emas Olimpiade yang pertama sepanjang sejarah Bangsa Indonesia di Barcelona, Mbak susi belum mendapatkan tanda bukti kewarga negaraan Indonesia? Jawaban Susi dengan kalimat yang sangat sendu namun tegas, “belum”. Mendengar jawaban Susi ini aku langsung menangis sesugukan, air mata semakin deras tak terbendung, untung aku hanya sendirian di Mobil.

Bangsa apakah kita ini, kita begitu memuja pemimpin yang terang-terangan korupsi, merekayasa, menyengsarakan rakyat. Namun sebaliknya kita begitu menjepit dan menghina anak bangsa, yang lahir di Tanah Air kita, dan mempersembahkan satu prestasi tertinggi kehidupan dalam bidang olah raga. Bukankah kita terlalu egois, bukankah kita terlalu feodal terhadap sesama anak bangsa, bukankah kita terlalu tidak peduli, bukankah kita hanya berpikiran pendek, dan tidak mampu memilih mana yang baik dan benar dan mana yang bohong dan munafik.

Untunglah tokoh itu sudah menghapuskan istilah Pribumi dan No Pribumi, mayoritas dan minoritas. Dan hak kewarna negaraan itu diberikan secara merata kepada semua anak bangsa (jika masih ada yang berusaha mempersulit, perlu kita pelototi ramai-ramai). Hari hari besar agamapun dia sejajarkan sama, dan diliburkan sama.
Dan ungtunglah Susi tidak jadi hijrah bahkan melanjutkan pretasinya dalam keluarganya, dalam bisnisnya dalan kehidupannya di Indonesia ini. Terima kasih Mbak Susi dan Mas Alan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan PJJ GBKP Minggu 20–26 April 2025

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025