Satu minggu setelah Gus Dur Wafat pemeberitaannya, masih sangat ramai. Jumlah peziarah yang datang ke makamnya bukannya berkurang malahan punya kecenderungan meningkat. Pro kontra untuk menjadikan Gus Dur Pahlawan Nasional juga makin tajam diberitakan. Cenderamata dan pakaian yang bergambar wajah Gus Dur banyak di produksi dan sangat laris di jual. Fenomena apakah ini? Saya kira sebagai manusia Gus Dur sangat layak jika dikatakan sempurna.
Kesempurnaan sebagai manusia itulah yang membuat Bangsa ini sangat mengagumi Gus Dur. Manusia sempurna? Apa kriteria kita untuk menobatkan seseorang menjadi sempurna? Kita bisa berdebat panjang dalam hal ini, sebab pasti ada dan berbeda kriteria secara teologis, secara sosiologis, secara ekonomis dan lain-lain. Namun saya sendiri mengusulkan satu kriteria sederhana yaitu dari sisi motivasi dasar manusia, seperti yang digagas Abraham Maslow.
Abraham Maslow membagi ada 5 dasar motivasi atau sumber motivasi seorang manusia hidup di dunia ini. Pertama adalah motivasi untuk mempertahankan kehidupan dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik. Dalam hal ini manusia akan merasa terdorong untuk melakukan kegiatan sehingga dia mendapatkan upah atau bayaran yang selanjutnya dipakai untuk membeli kebutuhan-kebutuhan fisiknya seperti makanan, pakaian, perumahan dan kebutuhan dasar lainnya. Pemenuhan terhadap kebutuhan ini bukanlah tujuan tertinggi manusia, namun baru sebuah permulaan perjalanan kehidupan. Supaya hidup bisa dilanjutkan.
Motivasi kedua tercipta kemudian yaitu dorongan untuk mendapatkan rasa aman. Maka manusia akan memproteksi dirinya, supaya kelangsungan hidup bisa dipertahankan. Jika dia bekerja maka akan dipilih pekerjaan yang bisa berlangsung selama-lamanya; Jika dia bepergianpun dia akan memilih moda atau jalur yang paling aman. Tinggal di komplek perumahan yang aman, punya teman yang dan dipercaya dan berkarakter baik sehingga tercipta perasaan aman sekalipun meninggalkan rumah dan keluarga. Ada yang mewujudkan keamanan ini melalui rumah yang berpagar tinggi, lengkap dengan anjing penjaga dan kamera pengintai; di gerbang masuk pun dijaga satpam berkumis tebal dan berbadan dua, eh berbadan kekar.
Jika kedua motivasi ini sudah terpenuhi apakah manusia itu sudah berhenti? Maslow berkata belum. Itu baru awal, selanjutnya manusia akan terdorong untuk memenuhi tuntutan sosial. Maka dia akan mencari kelompok dimana dia bisa berinteraksi, berbicara, bersenda gurau, menyalurkan hobby. Manusia butuh berbicara satu sama lain, manusia butuh bertukar pikiran, manusia butuh penerimaan orang lain terhadap dirinya, manusia butuh (kadang-kadang) mendapat teguran dan kritikan, manusia butuh mendapatkan pujian. Namun di dalam kelompok pun dia akan memilih kelompok yang dapat memberi rasa aman, dan juga kelompok yang tidak merongrong keuangannya sehingga pemenuhan kebutuhan fisiknya terganggu. Dia akan mencari kelompok primordial, apakah secara adat dan kesukuan, alumni sekolah atau perguruan tinggi, lingkungan RT, lingkungan keagamaan, lingkungan pekerjaan. Selanjutnya, jika semakin pasti dan semakin besar in come seseorang, maka akan semakin banyak dan semakin beragam kelompok yang dia ikuti. Setelah dia memasuki kelompok-kelompok tersebut maka dia akan melihat dan mengevaluasi peranannya, dia akan melihat bagaimana dia diperlakukan didalam kelompok. Apakah dia disambut, didengarkan kalau memberikan ide, dimintai pendapat, didaulat untuk melakukan tindakan-tindakan di dalam kelompoknya atau tidak. Pada kenyataannya kata Maslow, semua orang terdorong atau termotivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih sehingga dia mendapat acungan jempol, pujian, penghargaan untuk mewujudkan jati dirinya. Dan ini lah dasar motivasi keempat yaitu dorongan untuk berprestasi.
Semangat berkompetisi muncul dalam diri manusia karena pada dasarnya manusia ingin berprestasi. Jadi manusia butuh arena untuk berkompetisi, mulai dari tingkat yang paling kecil; lomba makan kerupuk, lomba lari karung, lomba memasak, lomba menangkap belut, lomba menyanyi sampai kompetisi yang paling besar; PON, Asian Games, sampai Olimpiade. Manusia butuh berkompetisi dalam segala hal, apakah menulis, apakah menjadi orang yang paling aneh, apakah mendaki gunung yang paling sulit, apakah tahan paling lama di dalam es, hidup bersama binatang berbisa, mengharungi samudra seorang diri, keliling dunia naik sepeda, hidup paling lama di Kutub Selatan, membayar 6 juta dollar sekali terbang ke angkasa luar. Karena melalui keompetisi dan berprestasi itu manusia mendapatkan rasa puas dan rasa bangga diri, dan self esteem yang lebih tinggi. Sering sekali bisa masuk televisi saja pun dianggap sebuah prestasi.
Semua perlombaan dalam batas-batas tertentu merupakan hal yang baik dan memperindah kehidupan, dan membuat dunia lebih dinamis. Namun jika lomba dilakukan dengan dasar yang keliru dan cara-cara yang curang, maka kebanggaan yang di dapat adalah kebanggan yang semu. Memakai dopping, ujian dengan menyontek, menulis karya tulis dengan plagiat, berusaha mempengaruhi wasit, membuat kriteria berat sebelah, merekayasa sistim sehingga dia mendapatkan imbalan yang tidak seharusnya, melakukan tindakan korupsi untuk memperkaya diri, adalah tindakan-tindakan yang tidak benar dalam lomba untuk menciptakan prestasi. Banyak manusia yang dorongan motivasinya berhenti sampai dititik ini. Dia hanya berusaha memenangkan satu perlombaan setelah itu berlomba lagi, berlomba lagi di perlombaan lain. Setelah dia memenangkan bidang kehidupan A, maka dia mencari lomba B, setelah dia memenangkan B, dicari lagi C dan seterusnya sampai ajal menjemput. Dia lupa dan tidak sadar bahwa ada dorongan level 5, dorongan tertinggi menurut Abraham Maslow yaitu dorongan untuk mewujudkan tuntutan sejati kehidupan ini.
Jika aku hidup sejaman dengan Anda, berarti ada pesan yang saya bawa yang perlu saya sampaikan kepada Anda. Dan juga sebaliknya ada pesan yang Anda perlu sampaikan kepada saya. Pesan tersebut adakalanya hanya sayalah yang paling pas untuk menyampaikannya kepada Anda, sesuai dengan bentuk tubuh, karakter, lingkungan keluarga yang melahirkan, serta bahasa dan adat istiadat dimana saya tumbuh dan dibesarkan. Saya lahir sebagai Orang Batak Karo, pasti ada pesan untuk Orang Karo yang harus saya sampaikan. Dan mungkin saja pesan yang unik itu sesuai dengan keunikan diri saya, dan hanya saya lah yang dipilih untuk menyampaikannya. Jikalau pun nanti ada lagi Orang Karo yang lahir mirip dengan saya, maka pesannya sudah berubah dan berbeda. Dengan kata lain saya harus menemukan, membentuk, memperlajari, berlatih, berkorban, dan mencari agar saya menemukan bentuk sejati diri saya supaya pesan itu dapat saya sampaikan sebaik-baiknya. Artinya saya hidup bertumbuh dalam diri sejati saya supaya saya bisa menyampaikan pesan itu kepada setiap orang yang hidup sejaman dengan saya. Yang paling ideal adalah jika pesan yang saya sampaikan melalui perwujudan diri tertinggi saya itu tidak hanya bermanfaat untuk Anda yang sejaman dengan saya, tapi bahkan bisa bermanfaat terhadap semua orang yang hidup setelah saya; selama-lamanya, sampai kehidupan ini berakhir. Abraham Maslow berkata inilah dorongan motivasi yang tertinggi, yaitu untuk aktualisasi diri. Dorongan untuk meng-create pesan melalui aktualisasi diri tertinggi. Jika dorongan motivasi 1 sampai 4 tujuannya bagaimana supaya aku bisa hidup, aman, diterima dan berprestasi dalam kelompok, komunitas atau kemanusiaan, maka level 5 ini fokusnya berbeda yaitu bagaimana supaya aku berguna bagi orang lain. Level 1 sampai 4 aku mencari dan mendapat, sedangkan level 5 aku memberi dan berkontribusi. Tidak memperhatikan diri sendiri, tapi berusaha untuk melakukan demi orang lain dan orang banyak. Inilah yang dilakukan para nabi, penemu sejati seperti seperti Alexander Graham Bell, James Watt, Thomas Alfa Edison dan saya percaya dan yakin sekali yang juga dilakukan oleh Gus Dur selama hidupnya.
Itulah sebabnya saya mengatakan Gus Dur adalah orang yang sempurna secara manusia. Dia tidak berkampanye untuk jadi Presiden tapi dia dipilih jadi Presiden karena permainan strategi politik kelompok tengah pada saat itu. Ada kriteria kesehatan yang bisa menjegal Beliau jadi presiden namun tetap dia jadi Presiden. Lalu tiba-tiba dia dilengserkan oleh orang-orang yang tadinya menaikkan dia. Kelompok pendukung yang jumlahnya pada saat itu mungkin jutaan orang marah, bersiap untuk datang ke Jakarta untuk mempertahankan agar dia tetap di istana. Dan kalau ini terjadi sulit dibayangkan semerah apa jadinya Jakarta. Tapi dengan gagah perkasa dengan celana pendeknya dia berkata “jangan”. Dia lengser, namun pemikiran dia, perkataan dia untuk kebaikan bangsa ini tetap konsisten tidak berhenti. Kelompok yang tadinya dianggap minoritas dan warga kelas dua dia sejajarkan dengan semua kelompok bangsa yang lain. Aktualisai diri Gus Dur yang dia ciptakan berubah menjadi pesan-pesan kongkrit dan sangat kontekstual, sehingga banyak kebaikan yang tercipta dalam kehidupan Gus Dur yang terbilang pendek, 69 tahun. Dan pesan ini menurut keyakinan saya tidak akan pernah dilupakan. Gus Dur di dalam kematiannya berubah menjadi kesadaran baru yang masuk keseluruh relung hati dan pola pikir bangsa Indonesia bahkan ke manca negara.
Gus Dur kalau saya kira membalikkan teori Abraham Maslow. Tidak beranjak dari level 1 ke level 2 terus ke level 5. Tapi dia mulai dari level 5, dan akhirnya semua level itu terpenuhi. Motivasi Gus Dur terutama bagaimana menciptakan kebaikan untuk rakyat yang paling miskin dan paling minoritas sampai-sampai dia lupa untuk memikirkan sesuatu untuk diri sendiri semata. Tidak peduli dengan issu keamanan, “itu saja koq repot”, tidak sakit hati dikritik dan ditolak sebagian kelompok, tidak ingin dinilai berprestasi apalagi mengejar prestasi. Tapi kenyataannya siapa yang bisa membuat Presiden Bill Clinton tertawa terpingkal-pingkal? Siapa yang dalam seminar bisa mengingat semua pertanyaan dan baju serta tempat duduk orang yang bertanya lalu meberikan jawab yang paling tepat.
Saya menyarankan kita semua mengikuti jejak Gus Dur. Dorongan motivasi kita hendaknya dimulai dari keinginan menyampaikan pesan (kontribusi kepada kemanusaiaan) unik, maka dorongan dan kebutuhan yang lain akan terpenuhi. Bahkan saya yakin kita bisa lebih sabar dan lebih bijak dalam mempraktekkan kehidupan ini. Contohnya jika seorang tukang ojek berkata, “ tugas saya mengantarkan Bapak sampai ke tujuan dengan cepat dan selamat. Tentang tarif bayarannya silahkan bapak yang tentukan, saya ikhlas Pak.” Atau seorang menteri kita berkata, “aku tahu kita sedang susah, jadi saya ingin bekerja dulu, berprestasi dulu untuk menciptakan tata kehidupan publik yang lebih bagus sesuai dengan bidang kementerian saya. Jika dalam 4 tahun saya dinilai berprestasi baru saya pakai Toyota Crown Royal Saloon saya”. Atau nanti tahun 2014 ada kandidat yang berkata panggilan saya adalah untuk membawa negara ini lebih baik, dan saya bertanggung jawab sepenuhnya kepada rakyat dan kepada Allah. Jika saya sengaja merekayasa sesuatu, biarlah Allah yang menghukum saya dan rakyat meludahi saya”. Bayangkan apa yang terjadi untuk negeri tercinta ini. Selamat tahun baru 2010.
Komentar