Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 13 - 19 Juli 2025

Gambar
  Thema: Membuat Nama (Erbahan Gelar) Nas: Lukas 2:21 (TB)  "Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya." Pengantar Nama adalah pemberian ilahi yang bukan hanya berfungsi sebagai penanda sosial, tetapi juga sebagai penegasan identitas, panggilan hidup, dan relasi seseorang dengan Tuhan. Dalam tradisi Ibrani, pemberian nama erat kaitannya dengan makna profetik dan tujuan ilahi. Yesus, sebagai Anak Allah yang menjadi manusia, diberi nama sesuai dengan rancangan kekal Allah sendiri — sebelum Ia dikandung, bahkan sebelum Ia lahir. Dalam konteks Karo, pemberian nama atau erbahan gelar bukan sekadar urusan budaya, tetapi juga memiliki dimensi spiritual dan eksistensial yang dalam. Fakta Historis dan Biblis Yesus diberi nama pada hari ke-8 saat Ia disunat, sesuai dengan hukum Taurat (Imamat 12:3). Nama "Yesus" (Ibrani: Yeshua) berarti "Yahweh menyelamatkan", yang ...

Catatan Tambahan PJJ 18 - 24 Mei 2025

 

Thema: Kerina Arus Metenget / Semua Harus Perhatian
Nas: Yakobus 1:19–25

Pengantar

Dalam dunia yang semakin cepat dan bising ini, kita mudah tergoda untuk bereaksi spontan, berbicara tergesa-gesa, dan marah tanpa kendali. Padahal, iman Kristen mengajak kita untuk menjadi pribadi yang peka, sabar, dan reflektif. Yakobus, saudara Tuhan Yesus sendiri, menegaskan bahwa hidup beriman bukan hanya soal mendengar firman Tuhan, tetapi lebih dalam lagi, soal menghidupi firman itu dalam tindakan nyata. Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia, dan kemarahan manusia tidak membawa kebenaran Allah.



Fakta

  1. Rasul Yakobus mengingatkan agar setiap orang cepat mendengar, dan lambat berkata-kata serta lambat untuk marah. Sebab amarah tidak mengerjakan Firman Tuhan.
  2. Orang Kristen harus membuang segala sesuatu yang kotor dan jahat dan menerima Firman Tuhan dengan lemah lembut.
  3. Orang yang meneliti hukum yang benar dan bertekun di dalamnya, dan melakukannya dengan sungguh-sungguh maka ia akan berbahagia.

Arti dan Makna Teologis

Ayat ini menyoroti esensi dari kehidupan Kristen yang sejati: hidup yang dikendalikan oleh firman, bukan oleh emosi. Cepat mendengar melambangkan kerendahan hati, sedangkan lambat berkata-kata dan lambat marah adalah bentuk kedewasaan rohani. Firman Allah bukan hanya informasi, melainkan transformasi – ia harus diresapi dengan rendah hati dan diwujudkan dalam perbuatan nyata. Yakobus membedakan antara pendengar pasif dan pelaku firman; hanya mereka yang melakukan firmanlah yang mengalami kemerdekaan sejati dan berkat Tuhan.

Hukum Allah yang disebut “sempurna” dan “memerdekakan” itu menunjuk pada Injil Yesus Kristus yang membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Maka, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang diperbaharui, tidak lagi hidup berdasarkan reaksi emosional duniawi, tetapi berdasarkan hikmat surgawi.

Implementasi / Penerapan

  1. Dalam kehidupan keluarga, belajarlah untuk mendengarkan pasangan, anak-anak, dan orang tua sebelum bereaksi. Hindari amarah yang merusak hubungan.
  2. Di tengah masyarakat yang sering memancing emosi, jadilah pribadi yang meneduhkan, bukan memanaskan suasana.
  3. Dalam pelayanan gereja, jangan hanya rajin mengikuti ibadah, tapi resapkan firman dan ubahkan menjadi perbuatan kasih: mengunjungi yang sakit, membantu yang kesusahan, dan mengampuni yang bersalah.
  4. Setiap hari, buatlah refleksi pribadi: apakah saya hanya mendengar firman atau saya sudah melakukannya hari ini?

Power Statement

Iman sejati tidak berhenti di telinga, tapi mengalir lewat tangan dan kaki.
Firman Tuhan bukan untuk dikagumi, tapi untuk dilakukan.
Barangsiapa sungguh-sungguh menjadi pelaku firman, ia tidak hanya diberkati, tapi menjadi berkat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025