Luar biasa peraihan medali Indonesia dalam Asian Games 2018. Tiga
puluh satu medali emas adalah sesuatu yang tidak pernah diduga oleh
siapapun pun. Bandingkan dengan 4 tahun yang lalu, ketika Indonesia
mengikuti Asian Games 2014 di Incheon Korea Selatan, Indonesia hanya
memperoleh 4 medali emas, 5 perak dan 11 perunggu dan total medali yang
di dapat atlit atlit Indonesia. Dengan perolehan medali sebanyak ini
Indonesia menempati urutan ke 17.
Pada Asian Games tahun 2018
jumlah medali yang kemungkinan besar tidak berubah lagi adalah 31 Medali
Emas, 24 perak dan 43 perunggu dengan total 98 medali. Dan Indonesia
berhasil meloncat tinggi sekali dari urutan 17 pada tahun pada tahun
2014 menjadi urutan 4, dibawah raksasa olah raga Asia dan dunia.
Indonesia hanya kalah dari China, Jepang dan Korea Selatan. Tapi
Indonesia berada diatas Iran, India, Korea Utara, Chinese Taipei,
Uzbekistan, Kazakhstan, Thailand dan seluruh Negara Asia Tenggara.
Bagaimana
menilai lompatan prestasi atau pertambahan medali ini ? Coba kita
bandingkan medali emas saja. Melonjak dari 4 menjadi 31. Kalau dari 4
ke 6 itu namanya meningkat 50 %. Kalau menjadi 8 itu menanjak 100 %.
Kalau menjadi 12 disebut melompat 200%. Kalau menjadi 20 disebut
berputar keatas 500 %. Ukuran diatas 100 persen saja sering dikatakan
peningkatan istemewa atau super istimewa. Bagaimana dengan peningkatan 4
ke 31, disebut apa namanya? Melontar sejauh lebih kurang 800 %?
Hahahahaha.
Sesuatu yang tidak pernah terjadi dimasa masa dulu.
Sesuatu yang juga mungkin terjadi hanya sekali, karena ada sesuatu yang
dilakukan berbeda sama sekali. Bisa disejajarkan seperti berubahnya
penamaan terhadap prosessor computer dari era
Pentium menjadi
Dua Core dan seterusnya.
Prestasi
peraihan medali dan peningkatan peringkat ini hanya bisa terjadi jika
ada perubahan yang sangat mendasar, perubahan yang sangat tepat,
perubahan yang dihasilkan oleh sebuah inovasi yang sangat luar biasa.
Perubahan yang terjadi karena adanya
disruption. Apa itu
disruption?
Disruption adalah
perubahan perubahan yang banyak terjadi saat ini di bidang teknologi
atau pemasaran. Misalnya adanya Grab car, Gojek, Toko Pedia, Whatsapp,
Alibaba, Tesla, Rocket Space X , Buka Lapak, Traveloka, dan lain lain.
Perubahan perubahan yang terjadi dalam ukuran yang sangat besar yang
merubah banyak cara hidup dan berbinis yang tidak pernah dibayangkan
sebelumnya. Tokoh tokoh
Disruption dunia adalah Jan Koum, Mark Zukhergberg, Jack Ma, Elon Musk, Jeff Bezos dan lain lain.
Menurut Professor Rhenald Khasali,
disruption adalah perubahan pada bidang yang sangat mendasar atau fundamental yang selanjutnya merubah seluruh tatatan dan sistem.
Disruption
sejatinya mengubah bukan hanya cara berbisnis melainkan juga
fundamental bisnisnya. Mulai dari struktur biaya sampai ke budaya dan
bahkan sampai ke ideologi industry. Disruption mengubah banyak hal
sedemikian rupa, sehingga cara cara bisnis lama menjadi usang dan
terbuang.
Nah bukan kah itu yang dilakuan oleh Pak
Djokowi dalam menyambut, menyelengarakan dan mensuskseskan acara Asian
Games ini? Satu contoh kecil saja perubahan fundamental itu adalah dalam
apresiasi Atlet berprestasi. Kalau dulu, setelah medali nya di dapat
baru dipikirkan bonus nya, kasak kusuk kesana kemari untuk menyediakan
bonus yang jumlahnya pun tidak seberapa. Peraih medali emas tahun
2014 hanya diganjar bonus 100 sd 200 juta rupiah. Bandingkan dengan
tahun 2018 ini, yang sudah diinfokan terlebih dahulu kepada para atlit
untuk memacu prestasi dengan jumlah Rp 1,5 Milyard. Lompatan 7 sampai
15 kali. Terjadi perubahan yang sangat mendasar yang akhirnya berbuah
sangat manis.
Bukan hanya dalam perolehan medali, tapi dalam
banyak hal yang berkaitan dengan penyelanggaraan Asian Games tahun 2018
prestasi yang didapat Bangsa Indonesia sangat luar biasa dan menjadi
sejarah yang sangat sangat membanggakan. Pembukaan yang super kolosal
dan gaya Pak Jokowi yang sangat spektakuler dan menjadi
trending topic dunia. Decak kekaguman pun datang bertubi tubi.
Ketua
Delegasi Jepang sendiri berkata mau belajar dari Cara Indonesia
mengkreasikan pembukaan pesta olah raga terbesar nomor 2 di dunia ini.
Bahkan banyak orang membandingkan dengan pembukaan Olimpiade di London 2
tahun yang lalu, yang rasa nya kurang greget dan kurang spektakuler
serta kurang meriah dibandingkan pembukaan Asian Games ini.
Ketua
Olimpade dunia pun sudah menawarkan dan datang langsung menemui Presiden
Jokowi supaya Indonesia bersedia menjadi tuan rumah Olimpiade
berikutnya
Theme song Asian Games 2018, lagu thema
"Meraih Bintang" yang dinyanyikan Via Vallen sudah diputar hamper 50
juta kali di Youtube serta diterjemahkan dan dinyanyikan ke dalam banyak
bahasa, dan semuanya menjadi Hit. Jangan jangan efek lagu ini ikut
membuat perolehan medali Indonesia. Aspek yang lain yang sangat
dibutuhkan adalah aspek Ekonomi.
Suksesnya Asian Games ini pasti
memberikan dampak ekonomi yang sangat besar terhadap Indonesia,
kuliner, hotel dan wisata, serta melalui bidang bidang yang lain. Ada
khabar bahwa tingkat hunian hotel di Palembang selama penyelenggaraan
Asian Games rata rata diatas 90 %.
Ah, jadi Asian Games 2018
sukses. Baik dari sisi pembukaan dan (akan) penutupan juga,
penyelenggaraan semua pertandingan, peroleh medali dan peringkat olah
raga Indonesia, dampak ekonomi serta satu dampak lagi yang sangat sangat
penting,
Kepercayaan Diri serta
Kebanggaan menjadi Indonesia. Kosakata "yo ayo yo" sudah menjadi kosakata dunia.
Dan
semua prestasi ini didapat karena Presiden Jokowi mampu menciptakan
kerja sama yang sangat kolaboratif dengan semua pihak, gotong royong
yang modern. Jadi tidak salah namun sangat tepat lah jika dikatakan
Asian Games adalah sebuah Disruption yang diinovasi oleh Presiden
Jokowi. Jokowi dapat disejajarkan dengan Jack Ma, Elon Musk dan lain
lain. In... do... ne.. sia.... In... do... ne.. sia....
Kalau menang berprestasi, kalau kalah jangan frustasi...yo ayo yo ayo...
Komentar