Apa yang paling sulit dilakukan di Indonesia saat ini?
Mencari pekerjaan ah tidak. Banyak tempat kerja, apalagi kerja yang
informal.
Mencari makanan enak? Enggak
juga. Mencari jodoh?, ah itu gampang,
gampang banget malah.
Mencari mobil mewah dan
mahal? Tidak, datang saja ke Jagorawi pada hari libur, atau Sabtu Minggu. Langsung
terdengar raungan mobil mobil super mewah, yang konon harga sebuah nya ada yang
sampai Rp 60 Milyard.
Jadi apa yang paling sulit
dilakukan di Indoensia adalah mengajarkan Persatuan kepada anak anak usia SD
dan SMP bahkan sampai SLTA.
Mengapa sulit? Bukan karena
tiadanya para pengajar top, yang bisa mengajarkan Pancasila dan Persatuan
dengan baik. Namun karena tiadanya
keteladanan dari orang orang terhormat.
Saat ini setiap hari anak
anak kita yang lagi doyan doyannya menonton TV, tapi di TV mereka melihat
ketidak becusan dari pejabat pejabat yang kekanak kanakan dan mau menang
sendiri. Mereka hanya melihat remuknya sendi sendi persatuan kita.
Mereka melihat wakil ketua
DPR yang memukul palu dengan tidak menghiraukan orang yang masih minta penjelasan,
mengabaikan orang yang berjalan untuk menyampaikan sesuatu. Mau menang sendiri.
Saat ini mereka mendengar
nama nama orang hebat tapi terjerat korupsi raksasa.
Ada pemimpin yang bersuara
sangat nyaring memenjarakan orang yang dicap bersalah, namun dipihak lain dia
sendiri tidak mau memenuhi panggilan polisi.
Orang orang yang berkumpul
sambil menyalakan lilin dan menyampaikan tanda simpati tapi dibubarkan polisi.
Dan banyak lagi dan banyak
lagi contoh contoh yang mereka lihat dan dengar yang berbeda dari apa yang
diajarkan tentang persatuan dan kesatuan. So bagaimana mengajarkan persatuan
itu kepada anak anak usia SD/SMP?SMA usia dimana karakter kebangsaan mereka
sedang dibentuk dan dibangun?
Pesimis? Ya iyalah.
Putus asa? Belum juga.
Sebab masih ada beberapa
gelintir nama yang bisa menjadi bintang pemersatu, yang ajarannya sangat santun
dan mulia. Hanya perlu disambungkan
dengan anak anak SD tadi.
Masih ada Pak Jokowi yang
sangat segar dengan kuis kuisnya. Ada
juga nama nama Buya Syafii Maarif, Yudi
Latif PhD, KH Said Aqil Sirodj, Yenni
Wahid, masih ada Mbak Afi Nihaya Faradis, Mbak Aisha Nurramdhani.
Mereka ini lah yang memberi optimisme bagi kita semua bahwa
mengajarkan persatuan kepada anak anak masih bisa kita lakukan.
Namun pertanyaan bagi kita
orang tua adalah :
Mau dan beranikah kah kita
megajarkan kepada anak anak Kristen kita, bahwa anak anak muslim itu adalah
sahabat sejati mereka untuk membangun Indonesia yang hebat?
Masih mau dan beranikah teman
teman mengajarkan kepada anak anak muslim kita bahwa anak anak Kristen itu adalah teman mereka
selamanya untuk mempertahankan dan memajukan Indonesia tercinta ini?
Masih mau kah kita
mengajarkan kepada anak anak hindu, budha, khong hucu, katolik bahwa sahabat
sejati dan teman abadi mereka adalah anak anak muslim dan Kristen, apapun agama
dan aliran kepercayaannya ?
Jawaban mau atau tidak mau
kita, yakinlah, itu yang akan menentukan kebangkitan dan kehancuran Indonesia
ini.
Yang gampang bisa menjadi sulit,
dan yang sulit bisa menjadi sangat gampang.
Hanya mau kah kita berfikir
mendalam dan membuat renungan untuk menjangkau jauh kemasa depan?
Berfikir tidak pernah sulit,
karena dengan berfikir lah kesulitan yang
paling sulit sekalipun dipreteli. Apalagi sambil minum Kopi Karo Bika.
Komentar