Bahwa perdebatan sengit antara Kristen dan Islam masih terjadi di Jagad Kompasiana
Saling membela dan saling menyerang, menunjukkan kekuatan dengan cara melemahkan lawan,
Menunjukkan kebenaran dengan cara mencari kesalahan lawan.
Kapan kah ini berakhir? Siapapun tidak bisa menduga dan meramalkan
Dan nampaknya akan terus bergulir, selama Kompasiana ada.
Apakah yang ingin kita cari dari perdebatan melelahkan ini.
Sebuah pengakuan kekalahan dari “lawan” kita kah?
Sebuah “jiwa besar” yang mengatakan agamaku salah, agamamu benar?
Lalu apa arti dan maknanya pengakuan itu?
Apakah sebuah agama lebih benar jika umat agama lain mengatakan seperti itu?
Bukankah hal itu hanya memuaskan emosi kemanusiaan kita saja.
Emosi manusia yang sudah bernoda dan kotor, seperti ramai dikatakan :
Tidak ada yang benar seorang pun tidak, semua manusia sudah jatuh kedalam dosa yang mematikan.
Sahabatku…
Tidak ingatkah kita, bahwa kita beragama A karena lingkungan dan orang tua kita mengajarkan seperti itu.
Atau lupakah kita bahwa semua agama, khususnya Islam dan Kristen adalah kiriman dari luar, yang bukan lahir dari bumi dan tanah Indonesia?
Terlalu bodohkah kita, terlalu manjakah kita, atau terlalu egoiskah kita untuk menemukan sebuah sintesa baru, Islam yang Indonesia atau Kristen yang Indonesia.
Yang mungkin sedikit termodifikasi di dalam ritualnya, tapi tidak dalam inti Teologisnya.
Sebuah Kristen Baru, dan Islam Baru yang hanya ada di Indonesia. Yang bisa hidup damai, dan berdampingan dalam nuansa ikhlas yang saling menguatkan, saling mengasah, dan saling menuntun untuk menemukan kebenaran sejati.
Tidak mungkin kah Islam dan Kristen itu bisa bersatu ketika umatnya masih hidup?
Sebab saya menemukan ada kedamaian dalam sepi yang kekal abadi
Di Pekuburan Patriot Bekasi.
Disana orang-orang Kristen di sebelah kanan, orang-orang Islam di sebelah Kiri.
Ikhlas menyambut sambil bergandengan tangan menyapa siapapun yang datang ziarah.
Tidak pernah mereka bertanya, apa agamamu?
(Sudah di Posting di :
http://agama.kompasiana.com/2011/01/06/indonesia-menyatukan-islam-dan-kristen/
Komentar