Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 28 April – 4 Mei 2024

Gambar
  Thema :  Ersada Ukur Ras Ersada Sura Sura 1 Korinti 1 : 10 – 17   Bahasa Karo  O senina-senina, kupindo man bandu i bas gelar Tuhanta Jesus Kristus: ersadalah katandu kerina, gelah ula sempat jadi perpecahen i tengah-tengahndu. Ersadalah ukurndu janah ersadalah sura-surandu. Maksudku eme: maka sekalak-sekalak kam nggo erpihak-pihak. Lit si ngatakenca, "Aku arah Paulus, " lit ka si ngatakenca, "Aku arah Apolos, " deba nina, "Aku arah Petrus, " janah lit pe si ngatakenca, "Aku arah Kristus." Sabap piga-piga kalak i bas jabu Klue nari ngatakenca man bangku maka i tengah-tengahndu lit turah perjengilen. Ibagi-bagiken kin Kristus man bandu? Paulus kin si mate i kayu persilang man gunandu? I bas gelar Paulus kin kam iperidiken? Kukataken bujur man Dibata sabap sekalak pe kam la aku mperidikenca, seakatan Krispus ras Gayus. Dage sekalak pe kam la banci ngatakenca maka kam nai iperidiken gelah jadi ajar-ajarku. Lupa aku! Istepanus ras isi jabuna pe nai

TERLAMBAT 30 MENIT, YA SUDAH GAK APA-APA.



Di tengah lelah menunggu, tiba-tiba suara petugas itu lantang mengumandang. Tidak terlalu keras, namun cukup tegas mengalirkan pengumumannya : “kepada para penumpang pesawat ...air, dengan nomor penerbangan...dengan tujuan ke Banjarmasin; dikarenakan pesawat terlambat mendarat dari Surabaya, maka penerbangan Anda akan tertunda 20 sampai 30 menit. Kami mohon maaf atas ketidak nyamanan ini. Atas perhatian Anda sekalian kami ucapkan terima kasih”.

Saya mengalami kajadian ini saat mau pergi ke Banjarmasin hari Senen yang lalu. Para penumpang dan saya yang sudah menunggu lebih dari satu setengah jam hanya sempat berguman sebentar, namun setelah itu diam dan pasrah menunggu.

Dalam perenungan saya menemukan tiga fenomena dari kejadian sederhana namun cukup sering terjadi. Fenomena pertama adalah; suara petugas yang mengumumkan keterlambatan ini sedikit pun tidak mengandung rasa bersalah. Seolah-olah ini hanya kejadian biasa yang tidak dapat dipungkiri dan tidak ada satupun yang bisa disalahkan. Dia yang merupakan pegawai dari perusahaan penerbangan ini barangkali ,menganggap keterlambatan pesawat dari surabaya itu sesuatu yang tidak bisa diintervensi. Memang begitu adanya. Jadi terima saja. Kata-kata maaf yang dia ucapkan sedikit pun tidak bersinggungan dengan perasaannya. Sebab setelah mengumumkan dia kembali bercanda ria dengan teman-teman rekan kerjanya. Suatu kejadian yang sangat merugikan penumpang, namun dilakukan dengan penuh canda, dibalut kata-kata kosong tak bermakna.

Fenomena yang kedua adalah respon para penumpang. Hanya sekejap rasa terkejut itu muncul lalu bergumam. Namun setelah itu diam. Tidak ada satupun yang protes. Mengapa hal ini bisa terjadi? Keberdiaman ini saya kira penyebabnya ada dua, yaitu karena sudah terlalu sering mengalami hal seperti ini, sehingga sudah terekam dalam memori mind set bahwa dalam industri penerbangan dalam negeri kita soal keterlambatan adalah lumrah. Yach terima sajalah. Penyebab yang kedua adalah ketidak mauan untuk bertindak (protes) memperjuangkan hak orang banyak. Karena setiap orang berfikir bahwa 30 menit keterlambatan adalah sesuatu yang sangat lumrah, dan aku tidak rugi. Lalu buat apa protes hanya mencari-cari kerumitan. Lebih baiak diam saja dan terimalah nasib apa adanya. Apalagi hanya 30 menit, apalah artinya, yang penting selamat sampai tujuan.

Fenomena yang ketiga adalah penghargaan kolektif terhadap waktu. Semua yang terkait dengan kejadian itu saya kira memandang rendah terhadap waktu. Bukan seperti orang Inggris yang berkata “time is money”. Dalam benak masing-masing penumpang dan petugas barangkali “apalah artinya 30 menit keterlambatan”. Kita sangat permisif dan mudah kompromi dengan waktu. Jika ditarik secara lebih umum, mungkin masing-masing kita menganggap tidak ada artinya waktu 30 menit. Dan fenomena ini bisa jadi sudah merupakan kebiasaan buruk Bangsa Kita secara keseluruhan. Terlambat karena macet di jalan –jalan Ibukota dan kota besar lainnya bisa sampai 2 sampai 3 jam, apalagi ini hanya 30 menit. Seterusnya para penumpang yang saat itu berjumlah lebih 200 orang tidak memanfaatkan waktu tunggu yang lebih 30 menit sebagai kesempatan untuk membaca dan membangun relasi, dengan cara berkomunikasi dengan kerabat yang sudah lama berpisah, ataupun menghubungi anggota keluarga, atau mencoba menelopon rekan kerja.

Jadi dari kejadian keterlambatan pesawat itu terlihat, tidak ada rasa bersalah bagi perusahaan penerbangannya, diterima dengan pasrah para penumpang karena menganggap tidak ada makna waktu 30 menit, dan mungkin Anda sendiri pun para pembaca yang budiman . Barangkali kita lupa, bahwa kecepatan pesawat Ulang-Alik Amerika Serikat seperti Discovery atau Atlantis sekali mengelilingi bumi hanya 8 menit. Artinya dalam waktu 30 menit pesawat itu sudah mengelilingi orbit Bumi sebanyak hampir 4 kali. Sementara kita masih terkantuk-kantuk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023