Berngi 7 Pekan Penatalayan 2025
![Gambar](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4Fr2nVtC8PSS9Cf9cS-ySAu7r_XkrbQylU7_7m_h3ln-R7IHuxw_do7ytL0FSguOtgQpur7gF6_YqT4uSR-Mze8hcoOZsZgu2_CpzrO0VPCak7zhmbVhNkAKcVloMVFD2FHxnMaCahscn9dbZFUd1Ut7Ag22uTxupSX0sDrzJyLOa6CWcN4fTwmIfZjMS/w393-h393/21-1-18.jpg)
Motto Mamre GBKP, erdiate dan erpemere jika benar-benar dihayati dan dijalankan pastilah akan membawa perbaikan yang sangat besar kepada Mamre secara individu/keluarga maupun Mamre secara organisasi; mulai dari Mamre Pusat, Klasis, Runggun maupun sektor-sektor. Juga kepada seluruh GBKP, dan lingkungan dimana pun para Mamre itu berdomisili.
Masalahnya, sampai saat ini motto ini masih berupa kata-kata indah. Sebenarnya motto ini sangat kuat dalam konsep atau filosofi dasar, namun belum diwujudkan dalam berprilaku hidup sehari-hari dan tindakan berorganisasi oleh Mamre itu sendiri. Mari kita sama-sama mendalami dua kata itu : erdiate dan erpemere. Kita lihat lebih dulu Erdiate. Erdiate artinya memperhatikan, atau peduli. Erdiate berarti ada upaya memperhatikan dengan sungguh-sungguh, serius, cerdas dan empati. Bukan asal memperhatikan langsung merasa tahu dan mengerti objek yang diperhatikan. Melainkan memperhatikan dengan sungguh-sungguh objek yang hidup (keluarga, teman, sesama jemaat, dan manusia yang lain) maupun yang tidak hidup (program kerja, GBKP secara organisasi, lingkungan sekitar) dengan seluruh pancaindra dan kemampuan.
Lalu siapa yang pertama sekali kita tuntut untuk mempraktekkan prilaku atau kebiasaan atau karakter erdiate ini. Tentu secara bersama-sama kita semua saling mempedulikan, selanjutnya dimulai dari pemimpin organisasi Mamre itu sendiri, dari Pusat ke Klasis ke Runggun dan ke Sektor. Mari kita ”perdiateken” Siapa saja kah anggota mamre saat ini. Anggota Mamre saat ini berdomosili mulai dari Sanggau Kalimantan Barat sampai ke Batu Sianggehen dan Ujung Deleng; mulai dari yang berpangkat Letnan Jenderal Purnawira (beberapa orang Brigjen dan Kolonel masih aktif), sampai petugas kebersihan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe dan Petani Kembiri di Rambah Tampu sana; mulai dari berpendidikan S3 DOKTOR (beberapa orang bahkan bergelar guru besar, Professor) sampai yang hanya pernah sekolah SR (Sekolah Rakyat setingkat SD) bahkan tidak tamat; mulai dari Direktur Perusahaan Konglomerat dan BUMN di Jakarta dan Bandung atau Kalimantan sampai pengusaha Kolam Pancing di Ergaji; mulai dari yang setiap tahun berpergian ke negara-negara di luar Indonesia sampai yang hanya sekali dua tahun meninggalkan Kuta; mulai dari yang berpendapatan satu Toyota Kijang Innova setiap bulan sampai yang hanya beberapa ratus ribu rupiah setiap bulannya; mulai dari yang selalu bergaul dan berdiskusi dengan orang dari seluruh suku bangsa dan negara sampai kepada yang njumpai jelma pun tidak Percaya Diri; mulai dari yang bekerja sudah beberapa kali hampir terenggut nyawanya sampai kepada orang yang selalu bersembunyi dan mencari kambing hitam; mulai dari yang terbiasa bekerja mempimpin ratusan dan ribuan orang sampai yang memimpin diri sendiri pun tidak becus. Kalau kita telusuri satu persatu maka kita akan terbelalak melihat variasi keberadaan anggota Mamre yang sangat luas dan beragam dan berbeda. Melihat secara detail, sungguh-sungguh dan bersikap positif dengan ketrampilan mendengarkan level 5 adalah syarat untuk ”erdiate”. Apakah kita sudah melakukannya?
Lalu apa kelanjutan dari erdiate? Kalau kita sudah mengetahui dan mengenal maka selanjutnya kita erpemere, yaitu melakukan atau memberikan sesuatu yang dibutuhkannya. Dari contoh uraian di atas misalnya pasti ada kebutuhan berbeda-beda dari setiap anggota mamre tersebut. Kebutuhan yang sangat khas yang ingin dia dapatkan misalnya saat dia mengikuti PA Mamre. Ber PA adalah berteologi, sebab dalam PA kita mendiskusikan kehidupan ini. Semua manusia, diri kita sendiri dalam hubungannya dengan Tuhan sang pencipta.
Pasti berbeda wacana diskusi yang diinginkan seorang Letnan Jenderal atau pegawai Swasta di Ibukota dengan wacana diskusi yang diinginkan oleh seorang petani pengunjung setia kedai kopi di Juhar dan Bulanjahe. Dengan demikian buku PA Mamre itu pun harus berbeda. Nas dasarnya serta themanya boleh saja sama, namun pengantar dan pertanyaan diskusi harus berbeda dong. Latar belakang pendidikan dan pengalaman hidup sang Penulis buku bimbingan PA akan memampukan dia untuk menulis buku bimbingan PA dengan sesuai. Sehubungan dengan itu, buku bimbingan PA Mamre untuk tahun 2010 diharapkan sudah harus berbeda. Pengkategorian buku Bimbingan PA Mamre menurut penulis cukup dengan 3 kategori saja; untuk perkotaan besar, kota menengah dan kecil serta pedesaan. Paling tidak untuk tahap awal dua jenis pun cukuplah yaitu untuk kota besar Medan/Jakarta/Bandung dan kota kecil seperti Tigabinanga dan Gamber.
Erdiate dan erpemere memang membutuhkan kecerdasan dan pengorbanan, seperti yang dikatakan Yesus Kristus bahwa setiap orang yang mengikuti Dia harus mampu memikul salibnya sendiri. Kami menunggu ”erdiate” pengurus Mamre Pusat untuk mewujudkan ini. Sebab saat penulis mengikuti Rapat Pengurus Pusat Lengkap (RPPL) Mamre di Bukit Lawang yang indah pada bulan Agustus 2009, topik penulisan buku PA Mamre mendapat sorotan kritis dari semua peserta rapat. Kristuslah yang menyuruh dan memampukan seluruh Mamre untuk menjalankan motto nya ”Erdiate ras Erpemere”
Komentar