Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 29 September – 5 Oktober 2024

Gambar
    1 Timotius 6 : 6 – 10 Thema :  Cukup Erkiteken Kai Si Lit 1 Timotius 6:10-16 (KARO)  Sabap merangap nandangi duit e me sumbul kerina kejahaten. Nggo lit piga-piga kalak si merangap nandangi duit lanai tetap i bas kiniteken janah gulut ukurna ibahan erbage-bage kecedan ate. Tapi kam, o suruh-suruhen Dibata, tadingkenlah si enda ndai kerina. Usahakenlah ndalanken si ngena ate Dibata, tutus ersembah man BaNa, tetap ernalem ku Ia, cidahken keleng atendu, megenggeng dingen lemah lembut! Erlumbalah asa gegehndu i bas perlumban kiniteken, guna ndatken kegeluhen si tuhu-tuhu man gunandu. Sabap guna kegeluhen si e me maka ipilih Dibata kam asum iakukenndu kinitekenndu i lebe-lebe nterem saksi. I lebe-lebe Dibata, si mereken kegeluhen man si nasa lit bage pe i lebe-lebe Kristus Jesus, si erbahan pengakun si tuhu-tuhu i lebe-lebe Pontius Pilatus, kukataken man bandu gelah ikutkenlah pedah-pedah e dingen jagalah gelah tetap bersih dingen la ceda, seh ku warina Tuhanta Jesus Kristus

“GELAH ENGGO DUNG GEREJANTA NDAI”

Saya sedang membeli sesuatu keperluan bayi di apotek di Jatimuya Bekasi, saat saya menerima telepon di HP. Suara seorang ibu dengan lembut, menyapa dalam bahasa Karo

Nderbi enggo I transfer kami sen ndai 10 juta rupiah ku rekening panitia pembangunen GBKP Simpang Enem Kabanjahe. Tolong I Check ndu”.

Sen si 10 juta e, untuk cicilan kami 2 bulan, Desember ras Januari . Aku Ny Antonius Bangun”, katanya dari seberang sana. Aku langsung tahu, bahwa Bibi ini Beru Tarigan, Pemilik Percetakan dan Penerbitan Ksaint Blanc di Jakarta.

Lalu aku timpali : Ue Bi, pagi mis check kami, sebab kartu ATM ras Kartu Tabungen rekeningta e, la bas aku, tapi bas Evariana Br Karo, ia pegawai Kantor Klasis Jakarta Bandung. Kenca pagi masuk, mis kukataken bandu”, jawabku.

Memang ndai pe enggo i sms Mama aku, Dkn Konsep Adrian Tarigan bahwa enggo I transfer ndu sen 10 juta. Aku bebere Tarigan Bi, emaka erbibi aku man bandu”, jawabku selanjutnya.

Ue, jadi komitmen kami kerina emekap 100 Juta, galari kami Rp 5 juta sada bulan”, tambah Bibi itu selanjutnya. Mendengar angka Seratus juta, aku terkejut, terharu dan bahagia. Dan spontan aku erkata, ”Dibata siersimulih man bandu sada keluarga, Bi”.

Lalu dengan rendah hati dia membalas, ”ras-ras kita, gelah enggo dung gerejanta ndai”. Mendengar kata-kata, ”Gelah enggo dung gerejanta ndai” Aku sampai pada satu titik tidak bisa berkata-kata lagi, aku tidak bisa lagi membayangkan perasaan ku pada saat itu, merasakan suatu perasaan yang aneh dan asing. Kata-kata itu disampaikan dengan sangat lembut, seolah-olah itulah perkataan terbaik yang mungkin diucapkan sebuah mulut manusia, yang sering dikatakan oleh para teolog sebagai makhluk surgawi yang sedang menjalankan pengalaman duniawi. Kata-kata yang disampaikan dengan begitu besar muatannya, setelah menyebutkan angka 100 juta. Angka, yang menurut siapapun jumlahnya sangat besar. Tapi juga suatu angka yang sebenarnya masih ada rasa khawatir untuk mewujudkannya, meskiupun seluruh kekhawatiran ini, ditutupi oleh suatu dorongan iman yang sangat kuat dan tersimpul dalam kata-kata tadi. Gelah enggo dung gerejanta ndai

Saat mengendarai mobil pulang dari apotek, aku terdiam, dan tanpa terasa dua titik air membasahi mata. Didorong dari dalam, dari lubuk hati yang penuh luapan sukacita, bahagia, terharu.

Apa makna gereja dalam hidup kita saat ini? Apa artinya kita ikut membangun gereja.? Inilah dua pertanyaan yang muncul dalam benakku, setelah dialog di atas. Ciri khas GBKP adalah, kita selalu ”keroyokan” dalam membangun gereja. Dimanapun gereja GBKP dibangun, selalu terkomunikasikan kepada seluruh warga GBKP dimanapun dia tinggal. Supaya ikut berpartisipasi, memberikan sumbangan ”asa ukurna meriah”.

Maka beginilah teologi pembangunan gereja (gedung) di GBKP. Lihatlah selalu panitia pembangunen gereja. Berjubel nama-nama yang ditulis disitu. Sebagai penasehat, pelindung, ketua kehormatan, ketua pelaksana, semua nama-nama yang boleh jadi ”dianggap” kuat secara ”kedudukan” dan ekonomi. Jangan ditanya apakah semua nama itu dihubungi terlebih dahulu baru namanya ditulis sebagai panitia. Sebab, sampai selesai acara pengumpulan danapun, ada yang tidak pernah tahu bahwa dia dimasukkan ke dalam kepanitiaan.

Salahkah cara seperti ini? Dari segi komunikasi, ya bisa dikatakan salah panitia yang mengusulkan dan menulis nama tersebut. Namun dari segi makna pembangunen gereja, menurut penulis tidak. Sebab adalah suatu kehormatan besar bagi setiap manusia, atau siapa saja yang namanya dicantumkan berpartisipasi dalam pembangunen gereja. Seperti khotbah Pdt, Miasi S Meliala beberapa waktu yang lalu bahwa, ”sangapkal kalak adi ipake Tuhan ia atan mbangun gereja” Mengapa?

Gereja adalah rumah Tuhan. Gereja hadir di dunia sebagai personifikasi kehadiran Tuhan di tengah manusia. Dan kepala gereja ialah Tuhan Yesus. Jadi Gereja adalah. simbol kehadiran Tuhan. Sebagai simbol kehadiran Tuhan, gereja memang bukan hanya bangunan fisik, tapi sekaligus dengan umat yang ada di dalamnya. Membangun gereja secara utuh adalah membangun fisik gedung gereja sekaligus dengan membangun umatnya, membangun manusianya. Asumsi kita, jika gedung gerejanya baik, maka umatnya pun baik. Tidak itu saja, menurut penulis jika kita memang umat Tuhan yang baik, maka kitapun akan selalu memprioritas kemampuan kita memperindah kehadiran Tuhan di dunia ini. Caranya, dengan memberikan yang terbaik yang dapat kita berikan dalam membangun gereja, asa ngasupta. Jadi, keikutsertaan seseorang dalam membangun gereja adalah bukti dari pemahaman yang jelas tentang kedudukannya sebagai umat Tuhan, warga gereja, orang pilihan Tuhan. Keikut sertaan kita dalam membangun gereja selanjutnya, adalah sebagai pengingat bahwa hidup kita adalah gereja itu sendiri. Kita adalah bagian dari gereja, karena sebagai umat Tuhan, secara bersama-sama kita menghadirkan Tuhan di tengah dunia ini. Jadi benarlah, bahwa sangapkal kalak adi atan ia mbangun gereja. Sejalan dengan itu alangkah sayangnya dan kerdilnya, kalau masih ada juga pihak yang mengambil keuntungan diri sendiri dalam pembangunen gereja. Pasti ada juga konskwensi surgawi nantinya.

Berkaitan dengan itu, maka pada kesempatan inipun kembali kami mengajak seluruh kita yang ”alumni” GBKP Simpang Enem Kabanjahe, dimanapun kam berdomisili, marilah kita bersama-sama membangun gerejanta. Semua kita yang dulu pernah beregereja di GBKP Simpang Enem, apakah sebagai anak sekolah minggu, permata, tah ngawanken kam ije, tah pasu-pasu, ijapa pe kam mari ras-ras kita. Kami juga mengharapkan semua warga GBKP dimana pun untuk ikut berpartisipasi, sebab membangun gereja adalah tanggung jawab dan kegembiraan kita semua sebagai Umat Tuhan.

Anggaran pembangunen gereja itu sendiri adalah sekita Rp 1. 600.000.000,. Dan khusus untuk kita yang berada di luar Sumatra Utara diberikan tanggung jawab untuk mengumpulkan dana sebanyak Rp 600.000.000,. Caranya adalah dengan janji iman. Berapa yang terbaik, yang kam ingin sumbangkan dalam dua tahun, dan berapa cicilan nya dalam satu bulan tolong komunikasikan kepada kami. Panitia pengumpulan dana di Pulau Jawa adalah Dkn Rusdi Ginting, Otavianus Sembiring, dan saya sendiri Pt. Analgin Ginting. Sedangkan No rekening panitia adalah :

Bank Mandiri KCP Bekasi Sentra Niaga Kalimalang

No : 156 0000 411 274

An : Analgin Ginting dan Evariana Br Karo.

No Hp 0818 758 985 dan email : alginting@yahoo.com

Jumlah komitmen sampai saat ini (Februari 2008) adalah sebanyak Rp 180.500.000 (seratus delapan puluh juta lima ratus ribu rupiah) Cicilan yang sudah terkumpul sampai tanggal 5 Februari 2008 adalah Rp 16.500.000 dan sudah di transfer kepada panitia di Kabanjahe pada tanggal 5 Februari 2008 adalah Rp 15.500.000 (lima belas juta lima ratus ribu rupiah). Mari ras ras kita, Gelah enggo dung gerejanta ndai. Bujur ras mejuah-juah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024

Catatan Tambahan PJJ 18 - 24 Februari 2024