Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Featured Post

Wartawan dan Assessor

Gambar
Membedakan Investigative Reporting dan Assessment Reporting: Antara Negative Thinking dan Positive Thinking Pendahuluan Dalam dunia profesional, baik jurnalisme maupun asesmen memiliki peran penting dalam membentuk opini publik dan pengambilan keputusan. Namun, investigative reporting (pelaporan investigatif) dan assessment reporting (pelaporan asesmen) berbeda secara mendasar dalam pendekatan, tujuan, dan paradigma berpikir yang digunakan oleh para pelakunya. Artikel ini mengulas perbedaan keduanya dengan menekankan pada orientasi berpikir — negatif versus positif — yang melandasi masing-masing praktik profesional. 1. Investigative Reporting: Mencari Fakta di Balik Fakta Investigative reporting adalah bentuk jurnalisme mendalam yang berupaya mengungkap hal-hal tersembunyi di balik peristiwa atau kebijakan publik. Ia dilakukan oleh wartawan profesional yang memiliki kompetensi dalam pengumpulan data, wawancara kritis, verifikasi, dan penulisan dengan standar etika jurnalistik tinggi (d...

Wartawan dan Assessor

Gambar
Membedakan Investigative Reporting dan Assessment Reporting: Antara Negative Thinking dan Positive Thinking Pendahuluan Dalam dunia profesional, baik jurnalisme maupun asesmen memiliki peran penting dalam membentuk opini publik dan pengambilan keputusan. Namun, investigative reporting (pelaporan investigatif) dan assessment reporting (pelaporan asesmen) berbeda secara mendasar dalam pendekatan, tujuan, dan paradigma berpikir yang digunakan oleh para pelakunya. Artikel ini mengulas perbedaan keduanya dengan menekankan pada orientasi berpikir — negatif versus positif — yang melandasi masing-masing praktik profesional. 1. Investigative Reporting: Mencari Fakta di Balik Fakta Investigative reporting adalah bentuk jurnalisme mendalam yang berupaya mengungkap hal-hal tersembunyi di balik peristiwa atau kebijakan publik. Ia dilakukan oleh wartawan profesional yang memiliki kompetensi dalam pengumpulan data, wawancara kritis, verifikasi, dan penulisan dengan standar etika jurnalistik tinggi (d...

Pandangan 2 Orang Profesor Tentang Batak dan Suku Karo

Gambar
  Prof Payung Bangun dan Prof Eron Damanik Persamaan kunci • Mengulas kelompok-kelompok etnik di Sumatra Utara dan relasinya (wilayah, adat, agama, bahasa, organisasi sosial). Payung Bangun memetakan “Batak” beserta sub-sukunya; Damanik menelaah proses pembentukan/penegasan identitas kelompok (khususnya Simalungun, Toba–Angkola–Mandailing).  • Mengakui dinamika modernisasi & agama sebagai unsur pembentuk identitas dan organisasi sosial (mis. HKBP, GBKP).  Perbedaan pokok (inti teoretis & sudut pandang) 1. Ontologi “Batak” o Payung Bangun: memperlakukan “Batak” sebagai payung etnokultural yang lebih khusus terdiri dari sub-suku-suku bangsa; dalam paparan bab “Kebudayaan Batak” ia memulai daftar sub-suku dari (1) Karo dan seterusnya (daftar bersambung di halaman berikut). Ini adalah tipologi etnografis yang memayungi Karo, Toba, Simalungun, Pakpak/Dairi, Angkola, Mandailing.  o Eron Damanik: menekankan “Batak” sebagai label yang terkonstruksi secara s...

Catatan Tanmbahan PJJ 19–25 Oktober 2025

Gambar
  Tema: Praktekkan Rendah Hati Kepada Orang Lain (Peteruk Ukur Nandangi Kalak Sideban) Nas: Filipi 2:1–4 “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” 1. Pembukaan Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi merupakan seruan yang hangat untuk hidup dalam kasih, kesatuan, dan kerendahan hati. Paulus menulis dari penjara, namun justru menekankan sukacita dan semangat melayani sesama. Dalam bagian ini, Paulus menyoroti bahwa kehidupan Kristen yang sejati tidak ditentukan oleh posisi atau kehormatan, mela...

Mentalitas Berkekurangan Para Pendeta

Gambar
Oleh: Analgin Ginting Pengantar Dalam beberapa tahun terakhir, muncul fenomena yang memprihatinkan dalam kehidupan sebagian pendeta di berbagai denominasi gereja. Muncul perilaku yang menunjukkan adanya krisis spiritual dan ketidakseimbangan antara panggilan dan gaya hidup. Kita menyaksikan pendeta yang tetap merokok sembari menyusun rasionalisasi teologisnya, pendeta yang menolak penugasan pelayanan ke jemaat tertentu, bahkan jemaat yang menolak kehadiran pendeta karena reputasi atau gaya kepemimpinannya. Tidak jarang, pendeta juga ikut terlibat dalam investasi bodong, atau menyimpulkan diskusi Alkitab secara dangkal tanpa kedalaman refleksi rohani. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: Apakah menjadi pendeta adalah panggilan kudus atau sekadar pilihan profesi dan gaya hidup religius? Pertanyaan ini menyentuh inti persoalan spiritualitas pendeta masa kini. Banyak pendeta yang tampak kehilangan daya spiritual yang sejati karena mentalitas berkekurangan (scarcity mentality) yang...

Apakah Konsep Lifetime Employment Masih Relevan di Indonesia?

Gambar
  Pengantar Tulisan ini diinspirasi oleh makalah Dr. Moris Tarigan yang memberikan kuliah di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) dengan judul Corporate Culture & Unleashing Gen Z Potential. Pemikiran beliau membuka wawasan tentang bagaimana nilai-nilai korporasi klasik seperti loyalitas, stabilitas, dan pengabdian jangka panjang masih relevan di tengah perubahan besar yang dibawa oleh generasi muda dan disrupsi digital. Tulisan ini mengajak pembaca untuk meninjau kembali relevansi konsep lifetime employment dalam konteks budaya, ekonomi, dan sosial Indonesia masa kini. 1. Insight yang Dapat Diterapkan di Indonesia a. Membangun Loyalitas dan Stabilitas Melalui Model 'Womb-to-Tomb' dan 'Lifetime Employment' Model India dan Jepang menekankan stabilitas kerja serta perhatian terhadap kesejahteraan keluarga karyawan. Dalam konteks budaya Indonesia yang kolektivistik, pendekatan ini selaras dengan nilai gotong royong dan kekeluargaa...

Mengapa Pelatihan Kepemimpinan di GBKP Selalu Gagal

Gambar
Oleh: Pt. Em. Analgin Ginting Pendahuluan Pelatihan kepemimpinan paling fenomenal sepanjang sejarah manusia dilakukan oleh Yesus Kristus sendiri. Ia memanggil dua belas murid, merekrut mereka melalui seleksi yang ketat, dan melatih mereka selama tiga tahun dengan pendekatan yang holistik—mencakup dimensi spiritual, emosional, dan misiologis. Yesus tidak hanya mengajar melalui kata, tetapi melalui keteladanan hidup. Hasilnya adalah transformasi mendalam yang melahirkan kepemimpinan apostolik yang mengubah dunia. Dua ribu tahun kemudian, lebih dari enam miliar manusia mengenal dan mengikuti ajaran Kristus—buah dari pelatihan kepemimpinan yang otentik dan berpusat pada panggilan Ilahi (Greenleaf, 1977; Banks & Ledbetter, 2004). Sepanjang sejarah gereja, muncul pula berbagai model pelatihan kepemimpinan yang kuat dan berpengaruh. Ignatius Loyola mendirikan Society of Jesus (Serikat Jesuit) dengan prinsip disiplin spiritual dan formasi karakter yang ketat. Di sisi lain, tokoh-tokoh Refo...

Kesaksian Sandes Sinuhaji

Gambar
Perjalanan Saya Bersama Karo Foundation: Dari Ladang ke Bangku Kuliah “ Tidak ada mimpi yang terlalu tinggi bagi hati yang mau berjuang  dan percaya pada kasih Tuhan.” 1. Awal Perjalanan: Dari Ladang Menuju Mimpi Perasaan saya ketika mendapat beasiswa dari Karo Foundation adalah rasa syukur dan bahagia yang tak terlukiskan. Dahulu saya sempat berhenti sekolah karena keterbatasan biaya. Saya hanya bisa membantu orang tua bekerja di ladang, tanpa berani bermimpi bisa kuliah. Namun, lewat beasiswa ini, pintu harapan terbuka lebar. Saya kembali bisa melanjutkan pendidikan dan mengejar ilmu untuk masa depan yang lebih baik. 2. Pertemuan yang Tak Terlupakan Saya masih ingat jelas saat pertama kali berjumpa dengan Ketua Umum dan Sekretaris Umum Karo Foundation di Citos, Jakarta. Rasanya luar biasa! Saya merasa sangat bangga dan terhormat bisa berbicara langsung dengan orang-orang yang cerdas dan rendah hati, yang begitu peduli dengan masa depan anak muda Karo. Kami bahkan sempat makan mal...

Catatan PJJ 5 – 11 Oktober 2025

Gambar
Thema: Berguna Temanku Kepada Saya Nas: Filemon 1:11–16 “... dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku. Dia kusuruh kembali kepadamu — dia, yaitu buah hatiku —. Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil, tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela. Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.” (TB) Pengantar Surat Paulus kepada Filemon merupakan surat pribadi yang sarat dengan kekuatan rohani. Paulus menulis bukan hanya untuk membela Onesimus, seorang budak yang dahulu dianggap tidak berguna, tetapi kini d...

Potensi Karo: Jalan Menuju Kemakmuran dan Kesejahteraan

Gambar
 Dataran Tinggi Karo merupakan salah satu kawasan paling kaya potensi di Sumatra Utara. Jika dikembangkan dengan strategi yang tepat, wilayah ini dapat menjadi daerah yang makmur dan sejahtera, sekaligus memberi kontribusi signifikan bagi pembangunan nasional. Bagi masyarakat Karo sendiri, tanah leluhur ini dikenal dengan sebutan “Taneh Karo Simalem”, yang berarti “Tanah Karo yang Nyaman” – sebuah simbol kesejahteraan, keramahan, dan kelimpahan alam. Lima Potensi Utama Karo Berdasarkan pengamatan dan catatan lapangan, terdapat setidaknya lima potensi besar yang dapat menjadi pilar pembangunan Karo di masa depan: 1. Potensi Pertanian Hortikultura Tanah subur dengan iklim sejuk menjadikan Karo pusat hortikultura unggulan. Sayur- sayuran, buah-buahan, dan bunga dari kawasan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga menjadi pemasok penting bagi kota-kota besar di Sumatra dan Jawa. Menurut studi agribisnis, hortikultura Karo dapat berkembang pesat jika didukung dengan teknol...

Dua Orang Tokoh Aksara Karo: Barata Berahmana dan Mengket Barus

Gambar
  Pengantar Suku Karo, yang mendiami wilayah dari pesisir hingga pegunungan di Sumatra Utara, merupakan salah satu komunitas etnis yang memiliki kekayaan budaya dan sejarah tinggi. Salah satu bukti peradaban itu adalah keberadaan aksara Karo. Namun, berbeda dengan tradisi aksara Batak Toba yang relatif lebih dikenal, warisan kesusastraan Karo lebih dominan berbentuk lisan. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa aksara Karo kurang diapresiasi bahkan hampir terlupakan oleh masyarakatnya sendiri. Padahal, menurut Simanjuntak (2006), keberadaan aksara tradisional merupakan indikator penting dari tingkat kebudayaan dan peradaban suatu masyarakat. Dua Tokoh Penjaga Aksara Di tengah kondisi memprihatinkan tersebut, muncul dua tokoh sepuh yang tetap konsisten dan penuh semangat dalam memperjuangkan eksistensi aksara Karo, yakni Barata Berahmana dan Mengket Barus. 1. Barata Berahmana    Barata Berahmana dikenal sebagai sosok yang gigih mendorong generasi muda dan tokoh masyarak...

Catatan Tambahan PJJ 28 Sep - 4 Oktober 2025

Gambar
Ramah, Lembut dan Pengasih (Melias Dingen Mesayang) Nas: Efesus 4:31–32 “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”   Pendahuluan Surat Efesus menegaskan bahwa hidup baru dalam Kristus harus tercermin dalam sikap dan karakter jemaat. Rasul Paulus tidak hanya mengingatkan soal teologi keselamatan, tetapi juga mengarahkan pada etika kehidupan sehari-hari: bagaimana jemaat hidup rukun, penuh kasih, dan mencerminkan pengampunan Kristus. Dalam konteks gereja masa kini, termasuk GBKP, pesan ini sangat relevan. Di tengah dunia yang penuh ketegangan, berita palsu, dan pertikaian, jemaat Kristus dipanggil menghadirkan wajah yang ramah, lembut, dan penuh kasih sebagai wujud nyata Injil. Fakta Jemaat Efesus hidup di tengah kota besar yang plura...

Catatan Tambahan PJJ 22 - 27 September 2025

Gambar
  Tuhan Mengangkat Penjaga BangsaNya Bacaan: Yehezkiel 3:16–21 Pendahuluan Yehezkiel dipanggil Allah bukan hanya untuk bernubuat, tetapi untuk menjadi “penjaga” bangsa Israel. Peran ini menegaskan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya sendirian menghadapi bahaya moral dan spiritual. Gereja masa kini pun dipanggil mengambil bagian dalam tugas penjaga ini, agar jemaat tetap hidup dalam kebenaran, dan bangsa tetap dipelihara oleh firman Tuhan.  Fakta 1. Allah menetapkan Yehezkiel sebagai penjaga umat Israel. 2. Penjaga bertugas memperingatkan orang benar maupun orang jahat, agar jangan jatuh dalam dosa. 3. Ada konsekuensi serius: bila penjaga lalai, nyawa orang berdosa akan dituntut darinya. 4. Namun bila penjaga setia memperingatkan, ia menyelamatkan jiwanya. 5. Kasih Allah nyata karena selalu ada kesempatan bagi orang berdosa untuk kembali kepada-Nya. Arti dan Makna Teologis Tuhan memilih seseorang untuk menjaga umatNya dari kesesatan. Alasan Tuhan memilih pe...

Catatan Tambahan Khotbah 28 September 2025

Gambar
Thema  : Minggu Pendidikan: Rindu Mendengarkan Hal yang Baru (Mesikel Mbegi-Mbegi Kerna Si Mbaru) Nas: Kisah Para Rasul 17:16–21 Pengantar Minggu Pendidikan dalam gereja bukan hanya perayaan formal, melainkan momentum untuk memperbarui kerinduan kita akan Firman Tuhan. Teks Kisah Para Rasul 17 membawa kita ke kota Athena, pusat filsafat dunia, tempat Paulus berdiri di hadapan orang-orang yang “tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru” (ay. 21). Pertemuan ini menggambarkan ketegangan antara budaya yang haus akan kebaruan dengan Injil yang membawa kabar keselamatan kekal.   Fakta 1.    Kesedihan Paulus di Athena Paulus merasakan kesedihan mendalam karena kota itu dipenuhi patung berhala (ay. 16). Kesedihan ini bukan sekadar emosional, melainkan teologis: Allah yang hidup ditukar dengan buatan tangan manusia. 2.    Dialog dan Diskusi Paulus tidak tinggal diam. Ia berdiskusi di rumah iba...