Ada beberapa pertanyaan yang masih menggelantung dibenakku
setelah mendengar pengakuan Ratna Sarumpaet .
1.
Apa sebenarnya
alasan utama Ratna Sarumpaet pergi keklinik kecantikan ?
2.
Mengapa Juru Bicara, orang dekatnya, pengurus
partai pendukung dan Prabowo sendiri
berbicara di medsos dan TV bahwa Ratna
Sarumpaet dianiaya dan merasa prihatin.
3.
Mengapa Fadli Zon saat berfoto dengan Ratna
Sarumpaet menunjukkan ekpresi tersenyum?
4.
Tahukah Ratna Sarumpaet bahwa sekitar satu setengah tahun yang lalu ada berita penghinaan
di Airport Changi dan banyak orang mengatakan itu Hoax?
Diberitakan bahwa pada tanggal 21 sd 24 September 2018 Ratna
Sarumpaet berada di Klinik
kecantikan. Apa motif perempuan pergi ke
klinik kecantikan, bukan ke dokter umum atau spesialis? Apakah karena beliau ingin mempunyai wajah
yang lebih cantik lagi, sebagaimana yang diinginkan oleh wanita wanita muda
atau setengah umur?
Sumber Foto : Detik,news.com
Mengingat usia Ratna Sarumpaet yang sudah tua dan sudah mempunyai banyak cucu
sulit untuk mempercayai tujuan
atau motif nya ke klinik kecantikan untuk membuat wajah lebih muda dan lebih
segar. Ratna Sarumpaet menurut
interpretasi saya pergi ke klinik
kecantikan bukan untuk mempercantik diri. Kalau begitu apa motif utama nya? Jawab yang
paling logis menurut saya adalah hanya untuk mengambil foto
wajahnya dalam keadaan bonyok.
Kalau itu jawabannya, buat apa atau untuk keperluan apa foto
wajah Ratna Sarumpaet dalam keadaan bonyok?
Pastilah untuk sebuah misi yang
sangat besar atau yang sangat penting.
Mengapa saat berfoto dengan Fadli Zon, wajah Ratna Sarumpaet
kelihatan sangat bonyok dan ekpresinya sedih namun Fadli Zon dalam keadaan
tersenyum. Mungkin Fadli Zon merasa lucu
dan geli sambil berfikir hebat sekali Mbak Ratna bisa membuat wajahnya babak belur, benar benar seperti
dianiaya. “Mantap ini, berhasil dech
misi kita.”
Mulai lah bermunculan berita di Medsos dan di TV tentang
penganiayaan Ratna Sarumpaet. Isinya
adalah ucapan rasa prihatin, dan sangat
menyayangkan situasi ini. Tidak kurang
Fadli Zon, Rizal Ramli, Dahnil Azhar dan
sebelumnya Rachel Maryam yang bertubi tubi menghujami media sosial dengan berita penganiayaan ini. Tempat penganiayaan dikatakan di
Bandung. Puncak dari pemberitaan penganiayaan
ini adalah Konperensi Pers Prabowo dengan didampingi Sandiaga Uno di Jakarta yang disiarkan TV
secara meluas . Prabowo pun ikut
mengatakan keprihatinannya terhadap penganiayaan Ratna Sarumpaet.
Sebuah berita yang ditayangkan secara luas yang dibenarkan oleh tokoh tokoh hebat pasti
mempunyai dampak yang sangat kuat untuk menciptakan persepsi para penonton atau
pembacanya. Jadi berita penganiayaan
itu harus dibuat sebagai sebuah kebenaran yang dipercaya oleh masyarakat luas,
sehingga muncul implikasi persepsi “lawan lawan Ratna Sarumpaet melakukan
tindakan tidak terpuji terhadap dirinya”.
Masa, seorang wanita tua dan lemah
dalam menjalankan tugas tugas mulia diperlakukan sangat tidak terpuji.
Dulu pada awal bulan April 2017
ada berita bahwa di Airport Changi Singapura terjadi sebuah peristiwa
penghinaan kepada Gubernur NTB.
Dia
dihina oleh seorang anak muda keturunan Tionghoa yang bernama Steven Hadisurya
Sulistyo.
Namun Steven sudah minta maaf
kepada Gubernur NTB dan Gubernur NTB kala itu sudah memaafkan.
Surat permohonan maaf Steven pun tersebar di
internet
kala itu. Bisa dilihat
disini
Berita penghinaan ini menyebar
secara luas dan dikomentari oleh banyak tokoh
tokoh besar dan diberitakan oleh media media utama dan mainstream tanah air.
Saya membaca sebuah artikel yang ditulis
oleh
Tanri Abeng yang mengatakan sangat menyayangkan peristiwa ini.
Siapakah Steven Hadi Surya? Sampai sekarang
tidak pernah muncul di public, hanya ada berita bahwa dia pergi ke luar
negeri.
Pada Pilkada Jakarta, Ahok dan
Djarot kalah. Dan sekarang banyak kalangan yang mengatakan bahwa kisah Steven Hadisurya ini
Hoax
Mengapa saya membuat judul tulisan ini Pengakuan jujur Ratna Sarumpaet tentang
kebohongan itu adalah sebuah kebohongan?
Karena menurut saya pengakuan itu lebih tepat dikatakan “Plan B dari sebuah Misi yang Gagal Total”.
Komentar