Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 13 - 19 Juli 2025

Gambar
  Thema: Membuat Nama (Erbahan Gelar) Nas: Lukas 2:21 (TB)  "Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya." Pengantar Nama adalah pemberian ilahi yang bukan hanya berfungsi sebagai penanda sosial, tetapi juga sebagai penegasan identitas, panggilan hidup, dan relasi seseorang dengan Tuhan. Dalam tradisi Ibrani, pemberian nama erat kaitannya dengan makna profetik dan tujuan ilahi. Yesus, sebagai Anak Allah yang menjadi manusia, diberi nama sesuai dengan rancangan kekal Allah sendiri — sebelum Ia dikandung, bahkan sebelum Ia lahir. Dalam konteks Karo, pemberian nama atau erbahan gelar bukan sekadar urusan budaya, tetapi juga memiliki dimensi spiritual dan eksistensial yang dalam. Fakta Historis dan Biblis Yesus diberi nama pada hari ke-8 saat Ia disunat, sesuai dengan hukum Taurat (Imamat 12:3). Nama "Yesus" (Ibrani: Yeshua) berarti "Yahweh menyelamatkan", yang ...

Budaya Bukan tuhan, Tapi Berasal Dari Tuhan

Semua budaya mempunyai tujuan yang baik.  Baik untuk manusia individu yang memerankannya maupun baik juga untuk sekelompok masyarakat yang membudayakannya.  Mengapa baik, karena memang sejak awal ditujukan demi kebaikan manusia, dan karena manusia itu sendiri diciptakan menurut Gambar Allah yang Maha Baik.


Rupa dan bentuk manusia itu diciptakan dengan gagasan Tuhan sendiri (segambar dengan Tuhan).  Lalu Tuhan memesankan kepada manusia agar menguasai alam semesta dan mengupayakan biji bijian makanannya dengan cara berbudaya pula (budaya kerja dan budaya makan).



Budaya yang baik adalah budaya yang dikehendaki Tuhan.  Budaya yang dikehendaki Tuhan adalah budaya yang berlandaskan kasih; kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama manusia.


Semua kebudaayaan akan menjadi baik jika dalam mempraktekkannya (berfikir, berkata-kata, bertindak) selalu yang baik baik saja. Budaya menjadi tidak baik, jika pada saat praktek atau bertindak bukan lagi dilandasai oleh kasih dan niat niat yang tulus dan baik.


Sumber budaya terbesar bagi orang Kristen seharusnya adalah Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab.  Alkitab lah yang  menjadi sumber dari pemikiran, sumber semua perkataan dan sumber dari segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia, baik secara kelompok maupun individu. Namun pada kenyatannya  budaya orang Kristen yang bersumber dari Alkitab, belum banyak digunakan dalam  kehidupan sehari hari mapun dalam pekerjaan. Budaya yang kita  praktekkan  masih dominan bersumber dari sistem dan budaya suku,  dan juga  apa yang (sedang) terjadi dalam lingkungan kerja, lingkungan rumah dan lingkungan bermasyrakat.


JIka orang Kristen sudah mempunyai budaya yang bersumber dari Alkitab, maka dia  selalu bertindak proaktif (mendahului) dalam perbuatan baik.

Budaya yang baik itu adalah rajin bukan malas atau asal asalan.

Budaya yang baik itu bekerja tulus, dan tuntas, bukan bekerja dengan perasaan terpaksa, dan sering menunda.

Budaya yang baik itu adalah jujur, berintegritas dan tidak mau menipu dan korupsi bukan mencari keuntungan diri sendiri.

Budaya yang baik itu adalah menjaga lingkungan supaya tetap bersih dan asri, bukan membuang sampah sembarangan atau pura pura tidak melihat sampah dan kotoran.

Budaya yang baik itu berkomunikasi dengan ramah dan empati, bukan menang sendiri dan suka mencari kelemahan serta  kesalahan orang lain.

Budaya yang baik itu mau memberi dan meminjamkan sesuatu bukan mengkodisikan agar diberi atau lupa mengembalikan pinjaman.

Budaya yang baik itu selalu mempunyai optimisme dan semangat bukan pesimisme dan patah semangat.

Budaya yang baik itu mau bekerja sama dan mendorong semua orang mengeluarkan potensi terbaik mereka, bukan single fighter dan menganggap bahwa dirinya sendiri paling benar.

Budaya yang baik itu mengingat dan menyatakan kebesaran Allah, bukan menonjolkan kehebatan dan keunggulan diri sendiri.

Karena budaya yang baik itu berasal dari Allah yang suka memaafkan dan memulihkan, maka budaya dan seluruh adat istiadat itu dinamis dan terbuka terhadap koreksi dan perbaikan.

Budaya bukanlah Tuhan sehingga tidak bisa diubah atau diperbaiki.  Melainkan budaya adalah berasal dari Tuhan, sehingga semua yang belum mengacu kepada perkataan Tuhan harus  ditinggalkan, tidak lagi dilakukan bahkan dilupakan selama lamanya.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025