Empat Kasta Manusia Modern
Oleh Nopriadi Saputra
MEMANGKAS DI MASA SULIT - Karena jam 7 sudah sampai di lokasi, padahal jadwal meeting baru jam 9 nanti, akhirnya kami putuskan untuk mencari tempat ngopi di dekat lokasi klien. Awalnya kami - saya, Pak Alex dan Pak Pram, memilih tema obrolan yang ringan-ringan saja. Tapi karena begitu renyahnya obrolan kami pagi itu, tahu-tahu saja kami sudah terpental pada obrolan yang bertema krisis ekonomi tahun 1998.
Pak Alex mengutarakan pengalaman pribadinya yang sangat berkesan ketika Indonesia terperosok ke dalam krisis moneter yang berkepanjangan. Dimana banyak perusahaan besar di tanah air yang bertumbangan. Demikian pula halnya dengan Ciputra Group, tempat Pak Alex berkarya saat itu. Pemangkasan karyawan secara besar-besaran terjadi dan tidak dapat dihindarkan sama sekali. Sehingga munculnya istilah "lantai 6 - lantai angker". Karena setiap orang yang dipanggil untuk menghadap ke lantai 6 pastilah menerima "bad news" berupa pemecatan atau pemutusan hubungan kerja.
Hari itu - saat Pak Alex tengah rapat bersama atasan dan tim kerja, tiba-tiba mendapat telpon untuk segera ke lantai 6 menghadap Bu Rina - anak sulung Pak Ciputra yang juga menjabat sebagai Direktur.
Bill Hunt - ekspatriat, atasan Pak Alex saat itu - dan juga teman-teman kerja yang menghadiri rapat pun menjadi sangat tegang. Suasana mendadak menjadi hening mencekam. Semua berpikir bahwa Pak Alex akan dipecat. Dan jika Pak Alex saja sampai dipecat, maka apalagi dengan mereka. Nasib mereka tak akan lebih baik. Mereka pun kemungkinan bakal dipecat dalam waktu dekat.
Setiba Pak Alex di "lantai angker" tersebut, Bu Rina menerimanya dan dengan suara yang berat beliau pun berkata :
"Pak Alex, seperti yang sudah diketahui bersama bahwa perusahaan tengah menghadapi kondisi berat. Kita tidak dapat mempertahankan karyawan kita dan kita sudah kehilangan banyak orang-orang kita. Saya harap Pak Alex dapat memahami keadaan ini"
Hmmm....
Sebuah pembukaan yang baik untuk sebuah pemecatan, pikir Pak Alex dalam hati.
Bu Rina pun melanjutkan perkataannya :
"Karena itu Pak Alex, perusahaan tidak dapat berbuat banyak.
Perusahaan tidak dapat menaikkan gaji Pak Alex tahun ini.
Tapi saya ingin Pak Alex tetap berkarya di perusahaan.
Ini ada sedikit bantuan dari saya pribadi buat Pak Alex sekeluarga. Mohon diterima ya."
Mendengar pernyataan Bu Rina tersebut, perasaan Pak Alex pun jadi campur aduk. Dari yang awalnya merasa begitu cemas berbalut takut. Jangan-jangan memang benar mau dipecat. Tetapi tiba-tiba berubah menjadi gembira dan terharu. Karena dari sekian banyak karyawan yang ada, dirinya termasuk golongan yang dipertahankan. Malah Bu Rina secara pribadi merogoh koceknya untuk memberikan tunjangan krisis.
Inilah salah satu dinamika organisasi, ketika perusahaan mengalami masa jaya dimana banyak peluang, permintaan berlimpah dan kapasitas produksi masih terbatas; maka perusahaan merekut dan terus mekrekut karyawan. Tetapi ketika menghadapi masa krisis dimana banyak piutang tak tertagih, permintaan menurun drastis, dan biaya operasional terus meroket; maka perusahaan pun terpaksa harus melakukan "pemangkasan" atau memecat banyak karyawan.
Sebenarnya pemangkasan di masa sulit dapat dihindari jika secara berkala - setiap tahun, misalnya - perusahaan melakukan "pemangkasan tahunan". Setiap tahun seluruh karyawan berbasiskan performance management system dengan key performance indicators yg definitif dievaluasi. Apakah perlu dipertahankan, dipertahankan-dengan-syarat ataukah dipangkas.
Ketika perusahaan dihadapkan pada keputusan "hire or fire", maka isu sensitifnya adalah "apa kriteria yang digunakan untuk memangkas para karyawan?".
Jika perusahaan berpegang pada prinsip obyektivitas, dimana berpaham "keep people who keep company in the business", maka perusahaan menilai berdasarkan pada apa yang telah, sedang, dan akan karyawan tersebut kontribusikan untuk perusahaan. Secara sederhananya, perusahaan dapat menilai dan menggolongkan karyawan dalam 4 kasta.
Kasta paling rendah adalah kasta Tenaga Kerja (Work-Force). Lalu di atasnya adalah kasta Sumber Daya (Human Resource). Kemudian di atasnya lagi adalah kasta Aset Perusahaan (Human Capital) dan paling atas adalah kasta Orang Terbaik (Talent Pool).
Kasta TK adalah kumpulan karyawan yang hanya berkontribusi tenaga fisik semata untuk perusahaan. Sedikit sekali menggunakan pikiran atau potensi lainnya dalam bekerja. Pekerjaan mereka didominasi oleh aktivitas fisik-motorik, bersifat rutin, dan bernilai tambah rendah. Kinerja dan upah untuk mereka pun berdasarkan kehadirannya di perusahaan. Keberadaan kasta TK di perusahaan secara evolutif digantikan oleh teknologi (mekanisasi, otomatisasi) atau dalam format kontrak kerja alih-daya (outsourcing).
Kasta SD adalah kelompok karyawan yang bekerja didominasi oleh aktivitas kognitif-afektif yang didukung oleh teknologi dan keahlian tertentu. Kinerja dan upahnya diukur berdasarkan produktivitas, bukan berdasarkan kehadiran semata. Untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat membutuhkan dukungan fisik-psikologis yang memadai. Cenderung menghindari aktivitas fisik. Memberikan kontribusi yang berarti bagi perusahaan selama hatinya senang. Padahal untuk "membuat senang hati" karyawan itu pastilah berkonsekwensi biaya tetap atau overhead cost bagi perusahaan. Padahal tujuan perusahaan didirikan adalah untuk menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan pemilik, bukan untuk "kesenangan karyawan". Dalam kondisi krisis ekonomi, perusahaan terpaksa memangkas "kesenangan karyawan" dan ini berkonsekwensi langsung menurunnya produktivitas kasta SD.
Kasta AP adalah kelompok karyawan yang mampu menghasilkan pendapatan (incoming cash flow) jauh lebih besar daripada pengeluaran (outgoing cash flow). Mereka adalah pribadi yang bertanggung jawab. Mereka berjuang dengan segenap potensi yang dimiliki untuk menghasilkan manfaat - dapat berupa generating revenue maupun saving cost, yang jauh lebih besar daripada konsekwensi biaya yang timbul. Mereka malu dan tahu diri jika kehadiran mereka hanya menimbulkan biaya yang lebih besar. Mereka yakin sekali bahwa "existence without contribution = extinction". Kehadiran tanpa kontribusi maka bersiap-siaplah untuk dimusnahkan.
Kasta OT adalah kumpulan karyawan yang memiliki tiga hal sekaligus dalam diri mereka yaitu kinerja tinggi (Hi-Per), potensi besar (Hi-Pot), dan mampu menduplikasi diri (Hi-Dup). Kinerja mereka setara dengan 4-6 kali dari kinerja. karyawan rata-rata. Mereka dapat bertumbuh dan berkembang dalam berbagai situasi baru maupun sulit. Dan mereka memiliki kemampuan untuk mengembangkan orang lain menjadi sekaliber mereka. Bila mereka sampai meninggalkan perusahaan maka perusahaan mengalami penurunan drastis dalan hal daya saing di industrinya.
Berdasarkan penjelasan mengenai karakteristik dari keempat kasta tersebut, kasta manakah yang pantas jadi sasaran utama pemangkasan ?
Ya. Tepat sekali.
Kasta TK tanpa perlu nenunggu krisis tiba pun sudah pasti akan terpangkas sendiri oleh teknologi dan sistem alih-daya. Kasta SD adalah sasaran utama pemangkasan ketika krisis terjadi atau ketika bisnis dalam tren melorot. Sementara yang tetap dipertahankan atau diperjuangkan untuk bertahan adalah kasta AP dan kasta OT.
Seperti halnya Pak Alex dalam kisah di atas. Ketika krisis ekonomi melanda, banyak orang dipecat. Tetapi Pak Alex justru dipertahankan oleh perusahaan. Saya menebak bahwa bagi Ciputra Group saat ini Pak Alex adalah talent atau setidaknya human capital. Sehingga Bu Rina selaku top management sekaligus pemilik mau-maunya merogoh kantong pribadi untuk mempertahankan beliau.
Maka daripada itu pada kesempatan ini saya mengajak diri saya sendiri dan teman-teman semua untuk melakukan self-evaluation atas keberadaan kita masing-masing di perusahaan atau organisasi tempat kita berkarya. Apakah kita termasuk kasta Tenaga Kerja ataukah kasta Sumber Daya ataukah kasta Aset Perusahaan ataukah kasta Orang Terbaik ?
Selamat berkarya.
Semoga kita adalah bagian dari talent pool atau sekurangnya adalah aset perusahaan.
Salam sayang selalu.
Note : Alexander Paulus, Gregorius Pramudya, Analgin Ginting, Yudi Harianto
Komentar