Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 09–15 November 2025

Gambar
  Lahir Dalam Roh (Tubuh Secara Pertendin) Yohanes 3 : 1–21 Pendahuluan / Pengantar Perikop ini memperlihatkan salah satu percakapan paling mendalam antara Yesus dan manusia—yakni dialog antara Yesus dan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi yang terdidik dan berpengaruh. Dalam konteks sosial Yahudi abad pertama, kedudukan Nikodemus menjadikannya seorang tokoh yang dihormati dan ahli Taurat. Namun di balik segala pengetahuan dan statusnya, ia datang kepada Yesus pada waktu malam—suatu lambang pencarian dalam gelap, kerinduan akan terang yang sejati. Percakapan ini tidak hanya membicarakan tentang pengetahuan teologis, tetapi tentang transformasi eksistensial: kelahiran kembali (born again). Yesus menegaskan bahwa keselamatan dan pengenalan akan Kerajaan Allah bukanlah hasil warisan agama, pengetahuan manusia, atau ketaatan legalistik, tetapi hasil karya Roh Kudus yang melahirkan kembali hati manusia menuju kehidupan baru. Kelahiran kembali ini adalah pintu menuju eksistensi baru...

Dipermainkan Oleh Kematian

Gambar
Perhatikanlah wajah orang tua diatas. Lalu cobalah berempati kepadanya, rasakanlah apa yang dia rasakan, dan pikirkanlah apa yang dia pikirkan.  Dengarkan suara hati Anda, apa yang dia katakan? Kalau belum terdengar pandang lagi lah wajah nenek ini, coba pergermet kan kemana pandangannya. ( pergermet   adalah kosakata Suku Karo yang artinya perhatikan dengan sungguh sungguh) Apa makna dan kemana pandangan Nenek Karo diatas? Nampaknya tatapannya kosong, arah pandangannya jelas, namun tidak mempunyai tujuan.  Apa yang dia rasakan saat memandang itu adalah sebuah kepasrahan sungguh sungguh. Dia pasrah kepada kehidupan yang yang dianugerahkan kepadanya.  Dan foto ini adalah sebuah momentum, saat seseorang memberi penghayatan paling dalam mengenai kehidupan, khususnya kepada salah satu esensi hidup yang disebut dengan penderitaan. Nenek diatas sebenarnya sedang mengalami sebuah penderitaan, penderitaan yang teramat besar yang sangat sulit untuk disampaikan d...

Budaya Bukan tuhan, Tapi Berasal Dari Tuhan

Gambar
Semua budaya mempunyai tujuan yang baik.  Baik untuk manusia individu yang memerankannya maupun baik juga untuk sekelompok masyarakat yang membudayakannya.  Mengapa baik, karena memang sejak awal ditujukan demi kebaikan manusia, dan karena manusia itu sendiri diciptakan menurut Gambar Allah yang Maha Baik. Rupa dan bentuk manusia itu diciptakan dengan gagasan Tuhan sendiri (segambar dengan Tuhan).  Lalu Tuhan memesankan kepada manusia agar menguasai alam semesta dan mengupayakan biji bijian makanannya dengan cara berbudaya pula (budaya kerja dan budaya makan). Budaya yang baik adalah budaya yang dikehendaki Tuhan.  Budaya yang dikehendaki Tuhan adalah budaya yang berlandaskan kasih; kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama manusia. Semua kebudaayaan akan menjadi baik jika dalam mempraktekkannya (berfikir, berkata-kata, bertindak) selalu yang baik baik saja. Budaya menjadi tidak baik, jika pada saat praktek atau bertindak bukan lagi dilandasai...